Kacamata baru untuk memandang hal yang baik
Sore tadi akhirnya dapat juga kacamata baru untuk pengganti yang patah belum lama ini, setelah dari kemarin mencari-cari di beberapa toko kacamata dan optik yang searah jalan pulang. Dari beberapa toko dan kacamata yang beragam pilihannya, akhirnya saya dapatkan kacamata yang pas sekali. Itu pun dengan tawar menawar yang sangat alot dengan yang penjaga toko, saya ingin dapatkan harga murah dan pedagang ingin untung yang lumayan. Ya saya anggap wajar lah dalam berdagang pasti ingin untung, mana mau ada pedagang yang mau menjual barangnya rugi.
Kacamata baru pun akhirnya saya dapatkan dengan harga yang pantas menurut saya pribadi, karena yang tadinya dalam proses tawar menawar dengan penjaga toko itu cukup lama akhirnya sepakat dengan harga yang saya mau pada saat saya langsung menawar pada pemilik toko. Saya pun tersenyum senang karena dapatkan harga yang saya inginkan, win win solution sebutannya kalo kata para motivator.
Kacamata baru yang sore tadi saya beli memang sangat saya butuhkan, fungsi utamanya memang melindungi mata saya ketika beraktifitas. Sekaligus menambah kecocokan pada penampilan merupakan bonus tambahannya, semoga pantas dan awet. Mengingat kata kaca, jadi teringat cerita guru saya. Guru saya pernah bercerita sebuah kisah mengesankan yang mengandung pesan moral didalamnya, jadi seperti ini kisahnya.
Pada suatu ketika ada pasangan suami istri yang baru saja pindah rumah ke komplek perumahan, dimana tetangganya merupakan sebuah keluarga yang sudah lebih dulu tinggal di komplek perumahan tersebut. Rumah kedua keluarga tersebut sangat berdekatan yang mana halaman belakang rumah hanya di batasi pagar tidak lebih dari 50cm, setiap pagi pasangan suami istri yang baru pindah itu mempunyai kegiatan yang hampir dikatakan rutin. Sang istri setelah mencuci baju lalu menjemur pakaian dibantu suaminya, mereka terlihat begitu mesra sekali. Padahal hanya melakukan kegiatan mencuci baju dan menjemur, secara tidak langsung karena pasangan suami istri yang baru pindah itu menjemur pakaian di halaman belakang rumah mereka. Yang juga berdekatan dengan halaman belakang keluarga yang sudah lebih dulu tinggal, pasti aktifitas rutin pagi pasangan baru itu terlihat dari kaca jendela rumah tetangganya.
Setelah beberapa bulan aktifitas mencuci dan menjemur itu sering terlihat oleh tetangganya melalui kaca jendela, sang istri pada suatu akhir pekan bercerita kepada suaminya.
"Pa, kamu sering ga sih memperhatikan tetangga baru kita itu. Mereka selalu mencuci dan menjemur baju bersama, terlihat seperti mengumbar kemesraan saja. Mending cuciannya bersih, itu lihat aja dari kaca jendela hasil cucian mereka padahal kurang bersih", kata sang istri mengajak ngobrol suaminya yang sedang asik membaca koran.
"Hmmmm, oh gitu toh", gumam suaminya masih asik dengan koran yang sedang dibacanya.
"Ih papa ini dengerin ga sih, kog cuma gitu tanggapannya", keluh si istri merasa diabaikan.
"Terus, Masalahnya dimana sih ma", kata suami yang menghentikan baca koran nya lalu memandang istrinya yang sedang duduk di sebelah.
"Ya ga masalah sih, cuma pasangan baru itu seolah terlalu mengumbar kemesraan aja, iya kalo hasil cucian bersih. Tuh papa liat aja dari kaca jendela kita", kata istrinya sambil menunjuk ke arah kaca jendela yang berhadapan dengan halaman belakang tempat pasangan baru itu menjemur baju.
Lalu tanpa mengucap sepatah kata pun sang suami berdiri dan melihat dari kaca jendela yang ditunjuk istrinya itu sambil melongok ke arah jemuran tetangga barunya. Setelah selesai melihat dari kaca jendela sang suami itu bergegas ke arah gudang mengambil perkakas dan alat pembersih. Lalu tanpa keluar komentar sang suami itu membersihkan kaca jendela itu hingga tampak jauh lebih bening, setelah selesai istri nya dipanggil agar menghampiri suami nya yang habis membersihkan kaca jendela itu.
"Coba lihat lagi dan perhatikan kembali, apa yang kamu lihat tadi itu karena pandangan kamu melihat ke luar tertutup kaca jendela yang kusam. Makanya kamu mengira baju yang di jemur tetangga kita itu ga bersih, makanya jangan berburuk sangka dulu dengan apa yang kita lihat. Apakah pandangan kita saat melihat itu benar adanya atau ada yang menghalangi seperti noda kusam pada kaca jendela ini, lalu membuat apa yang kita lihat padahal bersih tapi tetap saja akan tampak kotor", kata suami kepada istrinya yang tampak raut wajah merasa bersalah karena sudah berburuk sangka pada tetangga barunya itu.
"Begitu lah akhir cerita yang saya ingat dari guru waktu itu", sambil membersihkan kacamata baru saya dengan cairan pembersih lensa.
Post a Comment for "Kacamata baru untuk memandang hal yang baik"