Datang dari Solo pulang dari Jogjakarta, dari Lawu sampai Malioboro punya cerita.
Pasarsenen, kamis 28 mei 2015.
Siang hari gue ijin setengah hari kerja karena keberangkatan kereta Brantas jam 16:00 wib, sebelumnya gue udah siapkan cuti dan ini adalah naik gunung terakhir tahun ini sebelum gue niat mau sejenak istirahat naik gunung (banyak yang ga percaya ini naik gunung terakhir gue ditahun ini, ah...sudahlah). Karena ada beberapa hal yang masih harus diselesaikan (tuh kan, alasan gue logis bukan..???), tujuan kali ini adalah gunung Lawu. Entah kenapa semenjak turun dari gunung Merbabu terlintas dipikiran ingin sekali sowan sama mbok Yem, jadi semenjak turun dari Merbabu gue cari informasi dan menyusun rencana perjalanan kesana. Mencari tanggal yang pas ke sana akhirnya diputuskanlah tanggal 28 mei 2015 gue akan berangkat ke Solo, dan pulang dari Lawu sekalian mampir ke Jogjakarta melihat acara Festival Pencak Silat Malioboro.
***
Kali ini gue ga pergi sendirian, ada 2 orang kawan gue yang ikut dalam perjalanan kali ini. 1 orang wanita yang bernama Devi Metta biasa dipanggil Devi, dan 1 lagi pria yang bernama Daniel Wonoboyo a.k.a Boyo yang sebelumnya juga pernah ikut jalan bareng gue ke Papandayan. Meeting point siang hari di pasar senen, gue dan Devi tinggal menunggu Boyo dateng karena katanya dia ke pasarsenen naik kereta commuter line.
Sekitar jam 15:20 wib akhirnya kumpul semua dan bergegas masuk ke peron karena kereta Brantas sudah masuk, kita berlarian supaya mendapatkan bagasi diatas. Karena selama di Pasarsenen terlihat padat orang yang membawa carrier dan koper yang besar, setelah sampai gerbong ternyata kali ini kita kurang beruntung karena bagasi diatas penuh semua dan kita pun harus menaruh ransel kita di kolong bangku (padahal udah buru-buru lari, asyuuuuu).
***
Kereta Brantas tiba di stasiun Solo Jebres tepat jam 02:00 wib dini hari, pada saat keluar gerbong gue pun langsung bertanya kepada setiap orang yang membawa carrier kemanakah tujuan mereka. Dan akhirnya dapat juga barengan menuju gunung Lawu, kita bisa carter mobil menuju ke Cemoro Sewu jadi ga ribet gonta-ganti kendaraan umum.
***
di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur gunung Lawu berada di tengahnya.
Sampai di Cemoro Sewu udaranya bukan main dingin sekali (gue menggigil 5,8 skala richter...ah lebay, heuheuheuheuheuheu), padahal saat itu matahari sudah muncul. Kita pun packing ulang di pos lapor Cemoro Sewu sebelum mendaki, tadinya niat awal mau naik Cemoro Kandang lantas turun Cemoro Sewu. Cuma karena liat jalurnya dan sempat bertanya dengan rombongan pendaki yang kebetulan baru turun, kita disarankan untuk melalui Cemoro Sewu, karena berbagai pertimbangan tersebut kita berunding sebentar akhirnya kita akan rubah naik melalui Cemoro Sewu. Kita berjalan jam 7:30 wib dengan santai dan menikmati setiap langkah jalur pendakian yang berbatu, jalur Cemoro Sewu cukup jelas dengan bebatuan menyerupai tangga (hmmmm, alamat dengkul lemes ini mah).
pemandangan gunung Lawu yang cerah dari Watu Jago.
ini tempatnya (tak..dum...dum....ces...jeeeeeng....jet...).
Setelah asyik santai di tempat favorit gue (tadinya sih gue mau disini aja, habis nyaman banget), kita lanjut melangkah kembali dengan jalur semakin menanjak (duuuh, beneran dengkul udah lemes liat jalurnya). Jalur dari Watu Jago berbatu membentuk tangga, dan sedikit curam jadi membuat tenaga kita cukup terkuras makanya pendakian sangat memakan waktu lama. Tapi kondisi cerah di gunung lawu sangat memanjakan mata kita, jadi saat berhenti pun kita merasa nyaman karena pemandangan yang disajikan sangat indah.
Setelah melewati jalur yang menanjak sampai pos 4, dan sedikit melipir akhirnya sampai juga di warung mbok Yem. Karena sampai sana pikiran sudah letih ditambah perut sangat lapar dan ingin rasanya segera rebahan, sampai lupa untuk foto warung mbok Yem dan foto dengan mbok Yem nya. Tapi tidak sampai lupa tujuan awalnya ke Lawu, buat sowan sama mbok Yem. Kita pun langsung bersih-bersih dan tidak lupa juga ngopi dan makan, setelah itu tanpa koordinir kita semua tertidur lelap karena badan sangat letih.
***
Warung mbok Yem, sabtu 30 mei 2015.
Bangun pagi setelah matahari muncul adalah hal yang paling nikmat, ketimbang bangun subuh sebelum matahari muncul. Apalagi gue bukan tipikal orang yang senang mengejar sunrise, dan ketika pagi hal yang pertama gue cari adalah segelas kopi item hangat. Oiya kopi item buatan mbok Yem enak loh, silahkan coba sendiri kalo ga percaya.
Setelah berunding yang tadinya malas untuk muncak, akhirnya diputuskan lah kita untuk muncak. Toh ke puncak dari warung mbok Yem tidak lebih dari 1 jam perjalanan, jika dengan jalan santai dan lenggang tanpa bawa beban. Kita pun berjalan ke puncak dengan berbekal makanan ringan dan sebotol air mineral, berjalan dengan tanjakan yang cukup lumayan namun kali ini tidak berbatu melainkan jalur tanah.
akhirnya sampai puncak Lawu.
Setelah foto-foto dan menikmati pemandangan puncak Hargo Dumilah gunung Lawu, kita pun bergegas turun karena rencana sore ini kita sudah di bawah dan langsung berangkat ke Jogjakarta dengan kereta terakhir. Turun lebih cepat walaupun sudah beristirahat makan siang, akhirnya sampai pos lapor sore sekitar jam 16:30wib.
***
Setelah mandi dan bersih-bersih ternyata belum dapat juga mobil yang bersedia mengantar ke stasiun Solo Balapan, sambil menunggu bertemu kawan baru lagi yang ternyata orang Jakarta tidak jauh dari tempat tinggal gue. Dari perkiraan kita ingin turun cepat untuk segera cepat juga sampai stasiun Solo Balapan ternyata meleset, karena belum dapat mobil yang bersedia jalan cepat jika belum penuh (Boyo yang paling sewot karena ga dapet mobil cepet). Akhirnya ada juga rombongan yang ingin balik ke stasiun Solo Balapan, ternyata rombongan tersebut adalah rombongan yang pergi bareng dari Solo Jebres ke Cemoro Sewu. Gue pun tukeran contact juga supaya nanti jika kebetulan ada perjalanan lagi bisa bareng, dan ternyata lagi dia rombongan dari jakarta juga.
Sampai di stasiun Solo Balapan ternyata tidak dapat kereta menuju ke Jogjakarta, jadinya malam ini terpaksa harus menginap di stasiun Solo Balapan. Malam minggu kali ini dihabiskan di Solo, kita mencari makan dan bercengkrama dengan tukang becak depan stasiun sambil menghabiskan malam di Solo.
***
Solo, minggu 31 mei 2015.
05:15 wib kereta Prameks berangkat dari stasiun Solo Balapan, dan sampai di stasiun Tugu 06:35 wib. Sesampainya di Jogjakarta kita berjalan ke rumah orang tua pakde Sigit yang merupakan guru silat Inti Ombak di Jogjakarta, karena janjian juga dengan ko Cahyadi guru kita yang dari Tangerang.
mas Suroto, ko Cahyadi, mas Hari jalak.
Setelah persiapan untuk Festival Pencak Silat Malioboro bersama Inti Ombak dirumah pakde Sigit, kita semua bergerak ke jalan Malioboro untuk acara pawai Festival Pencak Silat Malioboro. Di sekitaran jalan Malioboro udah rame sekali dengan para peserta pawai pencak silat, yang mana acara ini merupakan acara rutin tiap tahun. Berkumpulnya para pesilat dari beberapa daerah di indonesia, dan ini merupakan acara yang wajib didatangi tiap tahunnya. Karena kali ini gue hanya niat menonton pawai pencak silat, jadi nya hanya foto-foto ini yang dapat ditampilkan. Ini terdapat beberapa pesilat yang menampilkan aksinya dalam acara pawai Festival Pencak Silat Malioboro, selamat menikmati!!!
Karena gue dan Devi balik dengan kereta Gaya Baru Malam jam 17:10 wib, kita berdua ga bisa menyaksikan acara pawai sampai habis. Boyo masih stay 1 hari di Jogjakarta dan berencana balik ke Tangerang lusa nanti, jadi gue dan Devi pamit duluan balik ke Jakarta. Akhirnya perjalanan kali ini dimulai dari pendakian gunung Lawu yang menyenangkan dan gue bisa sowan ke mbok Yem, ditutup dengan menikmati suasana seperti kembali ke rumah di Jogjakarta yang banyak menyimpan kenangan.
Terima kasih ransel beserta isi perlengkapannya dan cerita perjalanan, setelah ini akan tersimpan dulu sampai batas waktu yang belum ditentukan. Tapi tenanglah suatu hari nanti akan tiba saatnya mengukir cerita lagi, pasti akan sangat gue rindukan!!!
Post a Comment for "Datang dari Solo pulang dari Jogjakarta, dari Lawu sampai Malioboro punya cerita."