Kontemplasi menuju petang
"...karena setiap pertunjukan pasti akan usai, dan euforia nya akan hilang seiring jalannya waktu. Siapkah kamu ketika kondisi itu datang?"
Pernahkah disuatu kondisi kita merasakan jadi pusat sorotan yang dipandangi banyak mata, seakan setiap mata memandang satu objek yang sama yaitu diri kita. Sadar atau tidak gerak-gerik tubuh kita diperhatikan akan muncul sebuah komentar, positif atau negatif tergantung kepuasan subjektif yang melihat. Ada yang memberikan respons langsung dengan ucapan bahasa yang kita pahami, ada pula yang memberikan respons dengan gerak isyarat komunikasi non verbal yang dapat kita mengerti.
***
Ada beberapa buah pemikiran dari pengantar diatas, yang belum lama ini menggelitik pikiran terlintas dalam otak. Buah pemikiran pertama adalah mungkin sering terjadi dalam hidup keseharian yang kita jalani masing-masing, yaitu ketika kita dihadapkan dengan hal yang ditunggu-tunggu. Kita merasakan perasaan yang bercampur aduk dari senang, gelisah, khawatir, cemas, bahagia semua tercampur jadi satu, bergumul sebelum moment atau peristiwa itu datang. Tapi setelah moment itu terjadi lantas sudah dilalui hanya ada 2 rasa yaitu puas atau kecewa, puas atas apa yang sudah kita perjuangkan dan kecewa karena ada hal yang terlewatkan. Bisa dianalogikan juga seperti sebuah pertunjukan yang akan menampilkan aksi. Sebelum pertunjukan itu mulai kita sering tidak sabar menunggu hari itu cepat datang, mungkin juga ada sebagian orang yang tidak dapat tenang karena pikirannya sudah membayangkan dirinya berada di pertunjukan itu. Bahkan ada yang tidak bisa tidur saat sudah dekat dengan waktu pertunjukannya, setelah aksi itu selesai pun mungkin kita masih terbayang-bayang tentang euforia yang meriah. Akan tetapi setelah beberapa lama perlahan itu akan hilang tergantikan, seiring berlalunya waktu dan hal-hal baru yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi.
Anggaplah itu sebuah KESUKSESAN & MOMENT BAHAGIA, kita merasakan hal yang hampir sama dengan gambaran diatas. Perasaan senang, gelisah, khawatir, cemas, bahagia semua tercampur jadi satu. Ketika sebuah perjuangan untuk meraih kesuksesan dan moment bahagia itu datang bersamaan mengiringi kesuksesan yang telah kita raih, lalu dengan berjalannya waktu berlalu itu akan jadi sebuah kenangan yang hanya kita dapat ingat. Roda hidup akan terus berputar, semua akan terganti pada masanya. karena TIDAK ADA PESTA YANG TAK BERAKHIR, dan siap atau tidak kita harus bisa menerima kondisi itu?
***
Lalu setelah buah pemikiran yang pertama, terdapat buah pemikiran kedua yang lebih fokus terhadap audience atau para penonton melihat setiap tindakan yang kita lakukan. Ada orang yang memberikan tanggapan langsung baik secara komunikasi verbal maupun non verbal, ada juga yang melihat tanpa berkomentar tapi menilai setiap tindakan kita. Hal itu biasa terjadi jika yang melihat secara langsung, dan kita pun dapat merasakan langsung juga reaksi yang terjadi atas tindakan kita. Sedangkan di zaman yang sudah modern ini, kita dapat melihat dan menilai orang tanpa bertatapan muka langsung. Melalui dunia maya atau internet dengan gambaran diri kita yang dibuat melalui account social media, hal yang mewakili kita itu pun dapat nampak dilihat orang lain bahkan untuk orang yang belum kita kenal sekalipun. Dan sulitnya adalah ketika kita tidak dapat melihat respons secara langsung, entah orang itu suka atau tidak dengan tindakan kita melalui account tersebut. Dengan mengutip pesan yang disampaikan Guru saya, ini merupakan refleksi untuk tidak dikuasai oleh sebuah gadget yang mempengaruhi kita terlalu jauh. Bukankah lebih enak jika ngobrol dengan tatap muka secara langsung, karena rasanya lebih dapat menghangatkan suasana ketimbang interaksi melalui aplikasi chat.
"Jadi kapan kita bisa ngobrol-ngobrol santai dengan selingan senda gurau, sambil menikmati kopi lebih pas rasanya?", sambil shutdown PC lalu menghubungi kawan lama.
Duh bahasanya ketinggian, hehehe
ReplyDeletemakanya bacanya sambil duduk, jangan berdiri
ReplyDelete