JALAN-JALAN MANJA edisi BANDUNG
I want to have adventure with you, that's all...
Ide untuk mengikuti misa natal di Bandung muncul begitu saja, apalagi rencana awal gue di tahun 2015 ingin mengikuti misa natal di Jogjakarta GAGAL TOTAL karena gue ga kebagian tiket kereta. Padahal gue udah mantengin tuh website kereta api indonesia dari pas gue balik dari Bali, sampai bela-belain begadang supaya dapet tiket menjelang liburan natal (sediiiih banget rasanya....hiks...hiks).
Tapi tenang....tetap tenang dan jangan ikutan terharu ya para pembaca yang budiman, gue harus move on karena masih banyak tujuan lain. *sok iyeee banget dah ah gue*
(adegan diatas sedikit di dramatisasi)
Setelah putar haluan tujuan dan dipertimbangkan dengan sangat matang yang rencana awalnya ke Jogjakarta menjadi dialihkan ke Bandung, dan juga setelah di hitung-hitung biaya perjalanan dari transportasi sampai perintilan-perintilannya. Diputuskanlah dengan ketok palu perjalanan ke Bandung dalam rangka mengikuti misa natal di daerah yang berbeda akan bersama Maleo (motor kesayangan gue) juga tentunya bersama kesayangannya gue yang paling keceeeee yaitu Maria Magdalena Deotami, dan judul jalan-jalan kali ini adalah JALAN-JALAN MANJA edisi Bandung (doook...dooook...doooook.... *backsound suara palu diketok* Tsaaaaaaah).
Perjalanan dimulai dari rumah gue dari tanggal 23 desember 2015 jam 19.30 wib, odometer di reset ulang menjadi 0 km (dimulai dari nol ya). Gue mampir kerumah kawan dulu buat kasih alat kopi manual brew french press dan mokapot, karna gue mau pergi sampai tanggal 25 desember malem (kali aja kawan gue pada mau ngumpul ngobrol ngopi). Sekitar jam 22.30 wib gue jemput pacar kesayangan dirumahnya, packing ulang dan beres-beres rumah sampai jam 23.30 wib. Jam hampir menunjukan pukul 00.00wib kita pun berangkat menuju Bandung melalui jalur Puncak, karena jalan non toll menuju Bandung lebih asik lewat Puncak dan ada keperluan sedikit jadi kita memilih jalur Puncak.
Bandung, 24 desember 2015.
Perjalanan malam sangat lancar tanpa macet dijalan, dengan beberapa kali istirahat sejenak untuk minum dan ngerokok sambil ilangin pegel di pantat yang duduk berjam-jam menunggangi Maleo. Kita masuk Cimahi sekitar jam 05.30 wib, dan sampai di tujuan pertama sekitar pukul 07.10 wib.
Tujuan pertama kita kali ini adalah Tebing Keraton!!! (teeeeeng...treeeerrrreeeeeeeng...teng...jreeeeeeeeeng *backsound suara senar gitar yang putus)
Jalur menuju Tebing Keraton cukup terjal dengan kondisi jalan menanjak dan sedikit berlubang di beberapa titik, untuk mobil tidak dapat naik sampai ke atas. Namun dapat diparkir sebelum persimpangan, dan dapat melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki atau menggunakan ojek. Karena gue kali ini menggunakan Maleo, langsung bisa cuuus sampai atas walau Maleo harus berjuang dengan keras (yang kuat dan tabah ya Maleo nanti baliknya dimanjain lagi deh *sambil ngelus-ngelus tangki Maleo*).
Sedikit informasi untuk menuju Tebing Keraton sekarang cukup mudah, karena selain lokasi menggunakan teknologi GPS di google map sudah ada. Tinggal buka aplikasi map di henpon, lantas ikuti arahan petunjuk dari nona yang berbicara ngunjukin belok-beloknya. Tapi untuk yang henpon nya ga menunjang tenang aja bisa pake GPS yang manual yaitu (Gunakan Penduduk Setempat), dan menurut pengalaman perjalanan gue mungkin bisa sedikit membantu. Begini petunjuknya:
- ambil arah Dago Pakar
- setelah itu ambil arah TAHURA (Taman Hutan Raya) Ir. Juanda
- setelah itu ketika ada pertigaan ambil kearah kanan, ada plang yang jelas menuju Tebing Keraton
- setelah itu ikuti jalan sampai menemukan warung bandrek
- setelah warung bandrek tidak jauh ada persimpangan ambil ke kiri dan itu adalah jalur menuju Tebing Keraton.
Pada saat gue ke Tebing Keraton untuk parkir motor dikenakan biaya Rp. 5.000,- dan untuk tiket masuk kawasan Tebing Keraton Rp. 11.000,- (harga sewaktu-waktu mungkin dapat berubah), setelah masuk berjalan kearah kiri untuk menuju spot Tebing Keraton yang banyak orang foto-foto di sosmed. Sewaktu gue kesana sudah terdapat pagar-pagar pembatas yang cukup aman, namun ada saja beberapa pengunjung yang coba-coba mengolong untuk dapat berfoto diujung batu tebing. Gue sih ga bisa ngomong, kasih tau atau ngelarang, cuma bisa pesen kalo kata kawan gue mah
"SAFETY FIRST NOT SELFIE FIRST".
“Karena pada dasarnya suasana seru tergantung bagaimana kita yang menciptakan, jadi kapan kita seru-seruan lagi...?!!??!! #tebingkeraton #moment #jalanjalanmanja”
Oke balik lagi ke cerita perjalanan, gue dan pacar kesayangan foto-foto kece dengan beberapa gaya (gaya bebas yang sebebas-bebas pokoknya). Setelah puas kita menikmati suasana di Tebing Keraton sambil ngopi ngerokok ngobrol santai di warung depan pintu keluar, ga lama kita turun ke Bandung kota untuk mencari makan siang (karna pada dasarnya mengisi perut itu wajib hukumnya...jangan siksa cacing dalam perut, kasian mereka pun butuh makan dan mereka pun belom bisa mencari makan secara mandiri #apaansih).
Kita mencari makan disekitaran Dago pakar, setelah makan siang lanjut muter-muterin Bandung dan sekenanya. Gue sempet nyari alamat KOPI AROMA BANDUNG yang ada di Jalan Banceuy No.51, Sumur Bandung, Jawa Barat 40111, Indonesia. Mumpung sekalian di Bandung yeee kaaaaan, tapi ternyata setelah muter-muter nyari alamat eh ternyata tutup dikarenakan liburan natal (alamaaaaaaaaak...emang kudu harus balik lagi ke Bandung ini mah).
Menjelang sore kita menuju kearah Cimenyan untuk tujuan yang berikutnya yaitu Bukit Moko (traaaaak....taaak...taaaaak....duuum...duuum....cessss...jeeeeng...zet *backsound suara kaleng krupuk dilempar dari lantai 20* #Ngawur), sama seperti Tebing Keraton lokasi Bukit Moko pun mudah dicari dengan bantuan GPS (cekidot disini). Atau berikut dapat membantu sedikit gambaran jalan menuju Bukit Moko, begini jalurnya:
- ambil arah Terminal Cicaheum
- setelah itu sebelum Terminal Cicaheum perempatan lampu merah belok ke kiri jalan Padasuka atau jika bingung jalan Padasuka ini searah dengan arah jalan lokasi Saung Angklung Udjo
- setelah itu ketika sudah masuk jalan Padasuka hanya tinggal mengikuti jalan sampai melewati Caringin Tilu
- untuk lokasi Bukit Moko merupakan paling ujung jalan yang sudah dilalui, dataran paling tinggi di Bukit Moko dinamakan Puncak Bintang.
Pemandangan di Bukit Moko sangat mempesona, menikmati Bandung kota dari ketinggian. Dan tempat yang asik buat meng-GALAU karena suasananya mendukung (kurang antimainstream apa coba nge-GALAU aja sampai jauh-jauh ke Bandung), apalagi ketika senja menjelang malam melihat lampu-lampu yang mulai menyala hampir bersamaan (ah...melankolis romantis dan sangat manis). Waktu paling pas mendatangi Bukit Moko adalah sekitar jam 17.00wib hingga matahari terbenam, karena dapat menyaksikan lampu-lampu yang mulai dinyalakan dan bonus sunset jika cuaca sedang bagus. Kita sudah tiba di Bukit Moko dari sore karena ingin menikmati pemandangan sore juga, dan tidak lupa untuk foto-foto keceeeee (masih dengan gaya bebas juga sesekali gaya punggung dan yang pasti berbeda dari biasanya). Untuk tiket masuk Puncak Bintang harganya Rp. 12.000,- dan biaya parkir motor Rp. 5.000,- (harga sewaktu-waktu dapat berubah), sedikit informasi jalan ke Bukit Moko sudah bagus hanya saja jalur menanjak sangat terjal. Jadi untuk yang membawa kendaraan pribadi disarankan agar memperhatikan kondisi rem kendaraannya agar tidak terjadi rem blong ketika hendak naik atau turun ke Bukit Moko, juga untuk kondisi mesin kendaraan agar juga diperhatikan (Maleo aja bener-bener kerja keras banget dalam JALAN-JALAN MANJA edisi Bandung kali ini).
***
Bandung, 25 desember 2015.
Selamat Natal..!!!
“Misa natal di daerah baru, semoga damai senantiasa menyertai umat manusia.”
Tujuan terakhir JALAN-JALAN MANJA edisi Bandung kali ini ditutup dengan mengikuti misa natal di Gereja Katolik Katedral Santo Petrus, setelah selesai misa kita langsung kembali pulang ke Tangerang masih melalui jalur yang sama ketika pergi yaitu jalur Puncak. Dengan beberapa kali istirahat Puji Tuhan perjalanan kita lancar dari pergi hingga pulang tidak terjebak kemacetan seperti yang telah disiarkan berita, juga diberikan cuaca yang cerah dan baru kena hujan ketika melintas ciawi hingga bogor dengan intensitas gerimis sedang.
“Berhenti kembali sampai tempat keberangkatan tepat di 499,2 km. Tangerang-Bandung maleo berjuang lumayan keras dari jalan datar menanjak sampai menurun, dari yang tanah lanjut aspal hingga aspal yang udah rusak. Cerita dan pengalaman baru dalam edisi JALAN-JALAN MANJA tujuan tebing keraton-bukit moko-gereja katedral santo petrus bandung. Yuk kita kemon, if not now then when. Begitulah cerita yang demikian ala kadarnya dan siap kembali kedalam kehidupan normal.”
Kalian super banget 😻
ReplyDeleteLonglast yaaa.