Jalan-Jalan Manja edisi Sowan Orang Tua
Apa yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata JOGJA?
Jawabannya pasti begitu banyak, beragam, dan penuh arti yang berkesan!!!
Namun, Jogja bagi gue bukan hanya merupakan salah satu Daerah Istimewa di Indonesia. Jogja itu salah satu kota yang punya tempat tersendiri di hati, sebuah kota yang bukan tempat kampung halaman gue akan tetapi ketika sedang berada disana selalu merasa seperti pulang ke kampung halaman.
Mungkin gue akan kembali lagi dengan cerita yang baru di JOGJA YANG TETAP ISTIMEWA, atau mungkin di kota lainnya entah itu dimanapun. Sampai jumpa di Jalan-Jalan Jajan Kopi berikutnya, sayonara……!!!!!
Setelah Jalan-Jalan Jajan Kopi di Jogja pada beberapa bulan yang lalu, kali ini adalah Jalan-Jalan Manja edisi Sowan Orang Tua. Jalan-Jalan Manja ini udah disiapkan dari jauh-jauh hari, bahkan beli tiket keberangkatan sudah dari 13 November 2015. Karena pada saat kita akan berangkat adalah moment liburan panjang atau biasa disebut dengan long weekend, jadi pasti sudah banyak juga yang mempersiapkan liburannya. Sebenernya mau pergi ke Jogja dibulan desember pas natal, karena tidak dapat tiket kereta, jadi kita atur waktu ulang.
***
Tangerang, sabtu 6 Februari 2016.
Pulang kerja hari ini ga seperti biasanya, malam minggu yang biasanya selalu langsung main terus balik malem tapi kali ini gue langsung balik kerumah. Karena malam ini gue akan kembali ke Jogja, mengobati rindu yang tertahan begitu lama.
Setelah packing ala kadarnya karena bawaan hanya baju ganti, tanpa perlu bawa perlengkapan macam-macam jadinya packing tidak membutuhkan waktu yang cukup lama. Masukin semua kedalam 2 ransel, bereeees!!!
kita berangkat dari Tangerang menuju Pasarsenen jam 20.00 wib, namun karena ada sedikit drama jadi sampai disana udah mepet banget.
Jadi begini ceritanya, setibanya di pasarsenen itu sebenernya jam 21.10 wib tapi karena penitipan motor yang biasa gue titip kalo keluar kota itu penuh akhirnya gue muter-muter nyari tempat penitipan yang lain, setelah gue keliling di sekitaran pasarsenen gue pun hampir hopeless karna ga menemukan tempat penitipan motor (Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini). Mungkin karena gue berusaha tetap tenang dan berdoa memohon kepada Tuhan, akhirnya gue balik lagi ke penitipan motor yang biasa dengan muka melas penuh harap meminta supaya motor gue bisa di titipin walau disisip-sisipkan. Dan mujizat itu nyata, akhirnya gue bisa menitipkan maleo untuk beberapa hari ke depan.
Setelah itu langsung saja kita lari sekencang-kencangnya karena sudah mendengar panggilan bahwa kereta progo sudah datang, sempet dilihat banyak orang karena dikira ada sesuatu yang berbahaya karena kita lari kaya ngejar copet. Sampai di peron (dengan kaki gemetar dan nafas ngos-ngosan), kita pun sedikit lega karena ga ketinggalan kereta. Pengalaman nguber kereta hampir terulang seperti waktu ingin ke jawa timur, sungguh melelahkan mengejar waktu yang mepet (jangan ditiru ya!!!).
***
Minggu, 7 Februari 2016.
yahya at Stasiun Lempuyangan with Maria
Setibanya di Jogja, karena masih pagi dan perut belom lapar kita langsung mencari taksi (ini karena ga dapet motor sewa, bukannya mau gaya-gayaan) untuk mengantar kita ke rumah Mbah nya Maria di Bantul. Perjalanan kali ini tujuan nya bukan untuk Jalan-Jalan Manja seperti biasanya, melainkan ingin Sowan ke Mbah karena katanya Maria pas natal kemaren tidak sempat pulang kampung.
Jogja kini sudah begitu ramai dan sesak oleh kendaraan yang ga pernah berhenti hilir lalu lalang melintasi jalan-jalan bahkan di gang, di setiap BangJo a.k.a lampu merah para pengendara motor saling berhimpitan seolah tak memberi tempat lagi bagi para pengendara sepeda. Yah itu lah yang gue liat dan rasakan ketika ke Jogja, entah gimana pandangan yang lain tentang Jogja kini. Tapi suasana seperti itu tidak dengan daerah di Bantul, baru kali ini mengunjungi Bantul dan Jogja yang gue kenal terasa sekali setiap laju yang gue lalui. Nampaknya Bantul membuat gue jatuh cinta kesekian kalinya terhadap Jogja, suasana pagi desa yang khas dengan hiruk pikuk nya.
Kerinduan yang sudah lama tertahan dibayar lunas minggu pagi ini, terima kasih Jogja.
Dan ketika taksi memasuki desa tidak jauh dari Ganjuran, itu berarti kita sudah dekat dengan rumah Mbah. Benar saja, akhirnya tiba juga di tujuan pertama rumah Mbah nya Maria orang tua dari Ibu-nya dan kita disambut begitu hangat. Sambil istirahat kita ngobrol ngalor ngidul, banyak yang menjadi bahan obrolan karena sudah cukup lama Maria tidak bertemu dengan Mbah nya. Menjelang sore kita misa di ganjuran yang tidak jauh dari rumah Mbah, bahkan kita bisa jalan kaki jika ingin ke gereja tapi karena kita mau lanjut main sepulang misa jadi pinjam motor yang ada di rumah Mbah (motornya mengingatkan gue sama bebih, motor kesayangan gue sebelum maleo...jadi nostalgia lagi).
“Selamat memasuki masa prapaskah, selamat berpantang & berpuasa.”
yahya with Maria at Gereja & Candi Hati Kudus Ganjuran, Bantul DIY
“Lama sudah ga nikmati kopi joss lek man, akhirnya bisa menyempatkan mampir.”
yahya with Maria at Angkringan Kopi Jos Lek Man
Selesai misa kita langsung ke Malioboro, lumayan rame mesti sudah tengah malem sama seperti biasanya. Apalagi ini adalah long weekend bertepatan dengan malam tahun baru imlek, jadi terbayang sudah Malioboro seperti apa. Gue pun memilih mengajak Maria ngopi di Angkringan Lik Man sekalian nostalgia dengan kopi joss nya yang jadi menu andalan gue, sambil ngemil nasi kucing dan beberapa potong gorengan (nikmat dunia mana lagi yang dapat kau dustai...kawan).
Selesai menikmati nostalgia (Ah..lagi-lagi nostalgia) lagipula hari sudah begitu larut malam, kita akhirnya memilih pulang supaya bisa istirahat. Pada malam ini Jogja rasa Jakarta, padahal waktu hampir menunjukan pukul 24.00 wib namun kemacetan disekitaran stasiun Tugu hingga Malioboro sampai Titik Nol KM masih padat kendaraan dan orang yang tak habis berlalu lalang. Dan juga di beberapa titik yang nampak ramai orang-orang, disana terdapat beberapa atraksi hiburan dari pengamen jalanan hingga pertunjukan wayang kulit semalam suntuk.
Senin, 8 Februari 2016
Pagi ini hujan terus turun membuat dingin suasana, sudah tentu pasti gravitasi kasur kali ini lebih berat dari biasanya. Jadi dari pagi hingga siang kita habiskan dirumah Mbah dengan gelesoran sambil main game, makan juga menikmati hujan. Rasanya senin kali ini begitu sempurna, dimana biasanya senin itu adalah permulaan hari awal habis akhir pekan dan orang akan mengumpulkan semangatnya dalam menjalani rutinitas. Mungkin inilah yang namanya sebuah LIBURAN.
Namun karena semesta mendukung kita yang sudah punya rencana ingin main ke salah satu pantai di selatan Bantul, siang menjelang sore hujan pun berhenti tapi meninggalkan suhu cuaca yang sejuk. Sungguh pas untuk menikmati senja di pantai, akhirnya kita packing lalu tarik gas motor ke arah selatan, tidak lebih dari 1 jam kita sudah tiba di pantainya.
dalam pikiran terlintas kenapa namanya goa cemara, dan itu langsung terjawab ketika kita menapaki kaki di sana. Di pantai ini cukup unik, karena biasanya ketika memasuki kawasan pantai pasti jelas pohon kelapa yang paling sering kita jumpai. Di pantai goa cemara kita masih menemui pohon kelapa kog juga pohon mangrove, tapi yang paling kontras adalah pohon cemara membuat pantai ini menjadi lebih sejuk dan adem (mungkin karena waktu kesana kondisi nya sehabis hujan, tapi ga tau juga mungkin nanti gue akan kembali lagi).
Puas kita berdua menikmati suasana sore hingga senja, akhirnya sebelum langit benar-benar gelap langkah kaki kita perlahan pergi menjauhi tempat yang begitu mempesona di ujung selatan bantul.
dari Pantai Goa Cemara kita menuju Pasar Bantul, untuk membeli bakpia yang sudah menjadi oleh-oleh khas ketika kita berkunjung ke Jogja. Selesai belanja baliknya ke rumah Mbah nya Maria yang satu lagi orang tua dari Bapak-nya, karena sudah niat awal kita pulang ke Jogja kali ini untuk Sowan kepada Orang Tua.
Selasa 9 Februari 2016.
Dari pagi hingga siang seperti biasa dihabiskan waktu bermain, kali ini bermain bersama keponakannya Maria. karena ada teman bermain nya, jadi gue ga perlu megang gadget. Sekitar jam 12.00 wib kita harus siap-siap untuk kembali ke Jakarta, karena kita balik dengan kereta Brantas dari Solo jam 16.30 wib. Dari Bantul kita naik bus kecil sampai dekat Tugu, kita turun di jalan cuma tidak jauh dari Malioboro dengan berjalan melewati jalan-jalan kecil. Sempatkan mampir ke Pasar Bringharjo untuk membeli sedikit oleh-oleh gula jahe yang paling gue suka dan ga pernah ketinggalan ketika pergi ke Jogja, setelah itu kita langsung menuju Stasiun Tugu naik Prameks menuju Stasiun Solo Balapan, dari Stasiun Solo Balapan lanjut naik becak menuju Stasiun Solo Jebres.
Jalan-Jalan Manja kali ini berbeda dari yang biasanya, karena tujuan kita bukan tempat wisata melainkan Sowan atau mengunjungi orang tua dan pastinya kembali kerumah kedua. Jogja akan selalu punya tempat di hati siapa saja yang pernah singgah, tak terkecuali siapa pun itu.
Sampai jumpa Jogja, suatu hari nanti kita akan kembali pulang.
Post a Comment for "Jalan-Jalan Manja edisi Sowan Orang Tua"