Jalan-Jalan Manja Edisi Jogjakarta
"Selalu saja ada alasan untuk kembali, ketika mendengar kata JOGJA", Kalimat itu seolah terpatri dalam pikiran.
Ya betul, mungkin Jogja bagi gue sudah menjadikan pandangan ini begitu subyektif. Kecintaan pada Jogja sudah seperti Tangerang, jika Tangerang merupakan tempat gue tumbuh dan besar seperti Orang Tua yang memberi banyak bekal juga pelajaran, sedangkan Jogja seperti cinta pertama anak remaja yang tak pernah bisa dilupakan.
Jogja akan selalu punya tempat di hati siapa saja yang pernah singgah, tak terkecuali siapa pun itu.
Setelah pulang dari Jalan-Jalan Manja edisi Bali, sepertinya tak pernah bisa untuk menolak berhenti untuk melakukan sebuah perjalanan kembali. Alasannya mudah, yaitu karena hidup adalah sebuah perjalanan (agak terlalu naif sih kedengarannya, heuheuheu). Tapi itulah kenyataannya, karena ada sebuah pesan bijak yang tertulis demikian Berjalanlah, jangan Berlari. Sebab hidup itu sebuah perjalanan, bukan pelarian.
***
Kamis, 17 Agustus 2017.
Jam 03:00 wib gue udah jalan ke rumah Maria Mahdalena Deotami karena kali ini kita akan merasakan sensasi perjalanan yang diluar kebiasaan yaitu berangkat menggunakan kereta paling pagi, dengan kereta Gajahwong yang akan berangkat dari Stasiun Pasarsenen pada pukul 06:45 wib. Perjalanan dari Tangerang menuju Pasarsenen terbilang lancar dikarenakan pagi-pagi buta kita sudah berjalan menuju arah terbitnya matahari yang muncul di langit Jakarta dari arah timur, apalagi ditambah hari ini merupakan hari libur (syahduuuu sekali ketika bisa merasakan Jakarta pagi itu). Tiba di Pasarsenen seperti biasa menitip motor di tempat biasa, lalu kita langsung menuju ruang tunggu dan sarapan.
***
Jalan-Jalan Manja edisi Jogjakarta
Tiba di Stasiun Lempuyangan pada pukul 15:00 wib, lalu gue menghubungi rental motor langganan ketika gue sedang berada di Jogja. Sempat sedikit ada kendala teknis sehingga kita baru dapat motornya sekitar pukul 16:30 wib dan itu sangat mengganggu.
Setelah dapat motor, kita langsung menuju rumah Mbah yang berlokasi di Bambanglipuro-Bantul, perjalanan sekitar 1,5 jam dari jantung kota Jogjakarta. Dirumah Mbah kita istirahat sejenak dan bersih-bersih lalu sore menjelang malam kami pun menuju tempat makan yang sudah tak asing lagi, rasa penasaran karena keunikannya membuat kami menembus udara dinginnya Bantul demi menyantap cita rasa yang sudah cukup melegenda.
Sate Klatak Pak Bari
Ya betul, mungkin sudah tak asing mendengar kuliner SATE KLATAK. Sate yang penampakan dan proses pengolahan dibakar seperti sate pada umumnya, namun yang membuat berbeda sate klatak adalah media tusukan yang dipakai bukan menggunakan tusukan yang terbuat dari bahan bambu melainkan menggunakan ruji besi yang konon katanya menggunakan ruji jari-jari sepeda (apakah itu benar, coba saja jika penasaran kunjungi dan tanyakan kepada penjualnya). Penggunaan tusukan sate yang terbuat dari bahan besi bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan bahan besi sebagai konduktor yang baik untuk membuat daging matang merata hingga bagian terdalam (kanmaen dah ah idenya). Untuk rasa, jangan diragukan lagi karena Pak Bari sudah berjualan sate ini dari tahun 1992 dan merupakan warisan dari Mbahnya (bayangkan saja sudah 3 generasi secara turun menurun, luar biasa). Bagi yang penasaran dan ingin mencoba, jangan lewatkan ketika sedang berada di Jogja.
Alamat : Pasar Wonokromo, Jalan Imogiri Timur No.5, Wonokromo, Pleret, Wonokromo II, Wonokromo, Pleret, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55791
Karena tidak mau melewatkan waktu sia-sia dengan bermalas-malasan di atas kasur yang ketika pagi hari itu biasanya mempunyai daya gravitasi lebih kuat, dengan niat dan upaya yang kuat pula akhirnya kita putuskan untuk bangun lebih awal karena kita ingin habiskan waktu liburan kali ini dengan maksimal. Diawali dengan segelas kopi, sebatang rokok dan sedikit cemilan, kita langsung melaju ke tujuan wisata yang lagi hits dengan menggunakan motor.
Bukit Panguk Kediwung
Kediwung, Mangunan, Dlingo, Kanigoro, Mangunan, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55783
Lokasi : Bukit Panguk Kediwung
Karena lokasinya kita belum terlalu paham dan hanya mengandalkan GPS ditambah kita salah waktu untuk menuju ketempat ini, ada untung dan ruginya ketika tiba sampai disini, untungnya adalah para pengunjung sudah pada pulang dan lokasi menjadi sepi, ruginya itu dikarenakan spot terbaik sudah dapat tapi moment terlewat jadi nampak biasa saja ketika kita berfoto-foto disini. Karena kata warga sekitar yang juga sebagai pengelola tempat ini waktu yang terbaik untuk foto yaitu pagi hari lebih tepatnya ketika matahari baru muncul.
Tak ingin habiskan kesempatan ketika berkunjung kesini, ya kita pun mencari-cari spot foto yang bagus, di tempat ini memang disediakan pernak-pernik penunjang untuk mempercantik pemandangan saat foto. Memang harus ada perpaduan antara pemandangan alami dengan aksesories penunjang, kiranya itu yang dapat menambah bagus untuk gambar yang akan diambil. Rasanya trend yang terjadi belakangan ini seperti itu, tempat wisata menyediakan spot untuk ber-swafoto. Setelah puas mengitari area Bukit Panguk Kediwung, kita pun lantas bergegas mengunjungi lokasi lainnya yang masih berada di Bantul.
Puncak Kebun Buah Mangunan
Alamat : Mangunan, Dlingo, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55783
Lokasi : Puncak Kebun Buah Mangunan
Tempat wisata ini juga bagus dikunjungi ketika pagi, apalagi ketika kabut masih menyelimuti, namun kita lagi-lagi karena berangkatnya terlalu siang sudah pasti melewatkan momen terbaik, tapi tenang saja, kita bukan tipikal orang yang mudah kecewa karena momen yang terlewati, toh masih bisa kita nikmati pemandangan alam disekitar kebun buah yang termasuk berada di dataran tinggi (jadi nampak bunganya bagus-bagus semua dengan warna yang dominan warna cerah).
Satu tempat lagi yang cukup menarik hati untuk kita kunjungi dalam perjalanan kali ini adalah Puncak Pinus Becici, masih di kawasan Bantul juga.
Puncak Pinus Becici
Alamat : Gunungcilik RT. 07 / RW. 02, Muntuk, Dlingo, Gn. Cilik, Muntuk, Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55783
Lokasi : Puncak Pinus Becici
Puncak Becici menyajikan pemandangan begitu indah yang sayang untuk kita lewatkan ketika hendak berkunjung ke daerah Bantul-Jogja, tempat yang hening dan jauh dari hiruk pikuk kota besar yang mana cocok sekali bagi para pelancong yang ingin mencari ketenangan. Dan kali ini kita hanya mampir sesaat untuk menjawab rasa penasaran tentang keindahan Puncak Pinus Becici, karena kita akan mengunjugi tempat yang penuh dengan ketenangan lainnya bagi kita yang berada di Gunung Kidul-Jogja.
Perjalanan dari Bantul menuju Gunung Kidul bukan jarak yang dekat karena Gunung Kidul berada di Tenggara Jogja sedangkan Bantul di Selatan Jogja, lokasi yang agak melipir tentunya tapi pasti menyenangkan (Ya iyalah namanya juga jalan-jalan udah pasti menyenangkan, HeuHeuHeu). Setelah melalui perjalanan yang melalui desa-desa karena kita melalui jalur alternatif terdekat yang diarahkan Google Map, tidak lagi melalui jalur utama.
Tempat ini merupakan tempat wisata religius terutama bagi umat beragama Katolik, tempat yang berada di Gunung Kidul dimana areanya termasuk daerah yang cukup gersang karena tanahnya berupa batu-batu keras. Oiya sebenernya Gunung Kidul ada makanan khas yang sedikit ekstrim untuk dimakan, makanan itu adalah Belalang Goreng atau biasa disebut Walang Goreng. Tapi sayangnya ketika kita sedang kesana saat itu bukan musimnya, jadi stok Walang Goreng nya kosong. Mungkin nanti jika ada waktu dan kesempatan kesana kembali.
Goa Maria Tritis
Alamat : Jl. Sapto Sari, Dusun Bulu, Paliyan, Gn. Dowo, Giring, Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55871
Lokasi : Gua Maria Tritis
Salah satu spot menarik yang satu ini memang sayang untuk dilewatkan jika hendak berkunjung ke arah selatan Jogja, termasuk wilayah Gunung Kidul dan berada di paling ujung selatan Jogja yang notabene nya adalah barisan pantai yang sangat indah. Namun kali ini gue memilih Pantai Ngrumput yang cukup tersembunyi, dan biasanya yang tersembunyi itu memiliki keindahan yang luar biasa. Nyatanya adalah Puncak Kosakora, yang untuk mengakses kesana kita harus melalui tempat yang terpelosok. Waktu gue kesana dengan mengandalkan GPS memang sampai di titik koordinat yang benar, tapi karena petunjuk arah yang kurang jelas sedikit membingungkan.
Di Puncak Kosakora kita bisa bermalam dan mendirikan tenda, namun disarankan janganlah weekend karena pasti akan sangat ramai pengunjung. Puncak Kosakora lahannya cukup terbatas, tapi ketika disana kita dapat memandang lautan luas sejauh mata memandang dari atas tebing.
Puncak Kosakora
Alamat : Banjarejo, Tanjungsari, Area Hutan, Ngestirejo, Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55881
Lokasi : Puncak Kosakora
Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan menyusuri jalan dari Bantul hingga Gunung Kidul kami pun menutup dengan makan malam di Malioboro, kami memilih Nasi Goreng Beringharjo Pak Tedjo karena penasaran dengan cita rasanya yang sudah berjualan dari tahun 1968. Sewaktu kami tiba suasana tidak begitu ramai, mungkin bukan karena malam minggu. harganya cukup bersahabat di kantong, kita dapat menikmati nasi goreng dengan pilihan topping babi/ayam/campur.
Lokasi : Nasi Goreng Beringharjo Pak Tedjo
Alamat : Jalan Mayor Suryotomo, Ngupasan, Gondomanan, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55122
Sabtu, 19 Agustus 2017.
Karena hari ini tujuan kita adalah kearah Magelang, jadi kita sudah bersiap-siap dari pagi supaya tidak terlalu terik ketika berada disana. Perjalanan baru sampai di daerah Sleman perut kita sudah tak mampu menahan lapar, jadi akhirnya kita mampir ke tukang soto pinggir jalan (lumayanlah untuk mengganjal isi perut).
Ternyata perjalanan cukup lumayan jauh, sehingga sebelum kita tiba ke tujuan perut sudah kelaparan lagi. Dan kebetulan juga kita melalui tempat makan bakso yang cukup ramai di jalan jogja-magelang, akhirnya kita putuskan untuk mampir dan mengisi perut kembali untuk kedua kalinya dalam waktu yang cukup singkat.
Lokasi : Bakso Balungan & Mie Ayam Pak Granat
Alamat: Jalan Magelang Km. 12, Tridadi, Beteng, Tridadi, Kec. Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55511
Setelah jalan sebentar jalan lagi, akhirnya kita sampai di Muntilan-Magelang, tujuan kita Candi Borobudur nampak begitu megah. Tidak sabar kita langsung bergegas masuk untuk mencari tau lebih dalam tentang Candi Borobudur yang mana termasuk situs warisan dunia menurut UNESCO (seketika gue bangga jadi Indonesia!).
Lokasi :Candi Borobudur
Alamat : Jl. Badrawati, Kw. Candi Borobudur, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Hal yang paling fatal ketika hendak melakukan traveling adalah kehabisan daya baterai kamera, dan itu terjadi pada kita sesaat kita baru tiba di Candi Borobudur (huuuft!, mau keluar buat nyari baterai pasti ga mungkin). Jadi pesan bagi para pembaca adalah isi penuh baterai kamera anda, atau bawa cadangan baterai daripada anda menyesal.
Jadi ketika di Candi Borobudur kita hanya menikmati kebesaran dan kemegahan salah satu di dunia candi yang terbesar, sambil merekam jejak digital melalui kamera handphone. Setelah sampai puncaknya dan mengelilingi kawasan candi, akhirnya kami pun lanjutkan perjalanan. Tadinya kita ingin menuju ke Keteb Pass karena masih searah dari Candi Borobudur, namun dikarenakan awan begitu tebal rasanya sayang untuk memaksakan diri menuju Keteb Pass. Dan kita pun berbelok arah menuju Kaliurang rencananya ingin bermain di daerah sana menghabiskan waktu hingga sore hari, kebetulan juga ada Museum Gunung Merapi jadi kita putuskan untuk menuju kesana.
Ada kejadian lucu dalam perjalanan kali ini, kita sudah arahkan lokasi peta menuju Kaliurang, tanpa sadar kita terus berjalan mengikuti jalur yang ditunjukan oleh Google Map hingga kita sampai di lokasi yang dituju tapi di tengah desa penduduk yang dekat tambang pasir yang banyak kebun salak (kita pun terheran-heran, seperti orang bingung). Ternyata kita salah mengisi tujuan, yang kita isi itu petunjuk menuju Desa Kaliurang, bukan tempat wisatanya jadi alhasil kita atur ulang lokasi tujuan. Kejadian seperti ini sudah yang ke berapa kali, jadi kita sepanjang jalan hanya tertawa ngakak dengan pertanyaan Kog bisa ya seperti itu?.
Setelah tiba di Kawasan Wisata Kaliurang kita pun langsung bergegas menuju Museum Gunung Merapi, karena batas waktu Museum hampir tutup kita mempercepat laju kendaraan dan langsung masuk ke kawasan parkir. Dan segera membayar tiket masuk lalu masuk, sempat kebingungan karena kog museum banyak tempat swafoto, dimana barang-barang koleksinya? lalu gue inisiatif bertanya kepada petugas apakah benar tempat ini adalah Museum Gunung Merapi? jawabannya membuat gue langsung bete, ternyata kita salah masuk tempat. Huuft, padahal udah buru-buru karena museum sudah mau tutup eh malahan salah masuk tempat. Akhirnya kita pun keluar, gue sempat ambil foto daripada tidak sama sekali karena sudah terlanjur masuk kawasan ini. Dan kita coba menuju Museum Gunung Merapi, tapi sudah tutup. Rasanya ingin berucap kata kasar, Cuk!
Karena udah terlanjur kesal, akhirnya kita memilih untuk ketempat lain. Mumpung masih di kaliurang kita memilih untuk singgah ke Klinik Kopi, karena waktu lalu ga sempat untuk mendatangi Klinik Kopi saat jalan-jalan jajan kopi. Ketika tiba di klinik kopi kali ini keberuntungan menghampiri kita setelah dari tadi siang mendapat masalah dalam perjalanan kali ini, karena pada awalnya kami mendapat no antrian 20an namun pada saat kita mau menunggu ada sepasang kekasih yang menghampiri memberikan no antriannya yang no 5. Dia nampak terburu-buru dan tidak bisa lagi menunggu, gue sontak ucapkan terima kasih banyak karena dari banyak pengunjung dia memilih memberikan pada kita.
Lokasi : Klinik Kopi
Alamat: Jl. Kaliurang KM. 7.5, Gang Bima, Sinduharjo, Ngaglik, Ngabean Kulon, Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581.
Lengkap sudah ketika sudah ngopi santai, malamnya kali ini kita memilih makan bakmi yang mana rasanya enak (versi lidah kita, namun ga ada salahnya Anda mencoba). Karena rasa penasaran itulah kami memutuskan untuk makan Bakmi Shibitsu, karena sudah search dan cari tau sebelum makan kami tidak terheran-heran. Tapi saya akan ceritakan sedikit pengalaman makan bakmi shibitsu, pertama nama shibitsu ini bukanlah bakmi jepang karena mungkin terdengar namanya seperti ada jepang-jepangnya gitu. Bakmi yang disajikan seperti Bakmi jawa namun penyajiannya masih menggunakan anglo tidak menggunakan kompor gas, jadi disarankan bagi yang kondisi darurat lapar harap bersabar. apalagi disaat ramainya pengunjung yang banyak memesan, jadi kalian mesti butuh ekstra kesabaran. Balik lagi kenapa namanya shibitsu, yaitu dikarenakan penjualnya tuna wicara tapi tenang aja yang melayani pesanan bisa berkomunikasi kog. Harganya pas dikantong untuk 1 porsi bakmi yang cukup unik dengan kuah yang gurih bagi yang memesan bakmie kuah, jadi tidak ada salahnya jika berkunjung ke Jogja mampir untuk mencicipi cita rasa bakmi shibitsu yang akan membuat kehilangan kata-kata.
Lokasi :Bakmie Shibitsu
Alamat: Jl. Bantul No.111, Gedongkiwo, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55142
Minggu 20 Agustus 2017
Karena hari ini merupakan hari terakhir kita di Jogja, jadi kita ga akan buang-buang waktu untuk hanya bermalas-malasan di kasur. Pagi di Jogja itu paling enak jalan ke pasar tradisional terus nyari sarapan jajan pasar yang beraneka ragam, terus menikmatinya sambil memandangi riuh orang yang ada disekitar (ini versi gue pribadi, bagaimana dengan versi Anda?).
Setelah sarapan kita berkeliling kota Jogja hingga siang, karena siangnya sudah dipersiapkan untuk menonton acara festival pencak silat malioboro, terakhir ke Jogja yang bertepatan acara festival ini pada tahun 2015 habis turun dari Gunung Lawu.
Acara ini sudah berlangsung yang kelima, dan dari beberapa kali gue melihat acara ini para pesilat yang hadir begitu beragam. Dan dari situ nampak begitu banyak perguruan yang mempunyai ciri khas masing-masing, jadi bela diri pencak silat itu nyatanya beragam dan tetap jadi salah satu budaya melayu yang wajib kita lestarikan.
Sebelum balik kita sempat mampir ke Mirota Batik/Hamzah Batik, karena tertarik dengan penampilan tokonya (jujur baru kali ini mampir, padahal udah sering liat kalo lewat dari malioboro). Dan tempat ini wajib dikunjungi bagi para pelancong yang suka dengan batik, cindera mata, dan oleh-oleh. Dan baru tau juga ternyata asal muasal kata MIROTA itu adalah Minum, Roti dan Tawar, jadi monggo jika ingin mampir jangan lupa juga di seberang Mirota ada pasar yang cukup ramai apalagi jika bukan Pasar Beringharjo.
Proses membuat batik di MIROTA BATIK/HAMZAH BATIK
Karena sudah sore dan waktunya kembali ke Dunia Nyata dan Rutinitas Pekerjaan, jadi kita harus sudahi cerita perjalanan kali ini. Kita sudah janjian dengan rental motor akan ketemu di Stasiun Tugu beberapa jam sebelum keberangkatan kereta (karena biasanya di lempuyangan, jadi mesti butuh waktu untuk mencari tempat makan untuk bekal makan dikereta). Setibanya Di Stasiun pun sudah nampak menunggu kereta Gajahwong yang akan berangkat tepat pada pukul 18.08 WIB dan akan tiba Pasarsenen 02.43 WIB, seperti biasa kami pun selalu terburu-buru berlarian (seperti jadi kebiasaan).
Terima kasih sudah mampir, sudah mau membaca, sudah mau suka dan melihat cerita perjalanan gue yang lain, Akhir kata cuma bisa sampaikan terima kasih banyak.
Sampai jumpa di perjalanan yang berikutnya!
Post a Comment for "Jalan-Jalan Manja Edisi Jogjakarta"