Bahagia itu adalah ketika bisa wujudkan impian orang tua, itu saja!episode 1

DSCF7228

Rasanya hampir tidak pernah percaya, ketika apa yang sudah lama gue rencanakan sempat dihadapkan dengan beberapa ujian dan sedikit halangan. Tapi akhirnya gue bisa mengajak papa jalan-jalan ke Bali........Yehaaaaa!!!!!!!

page1

Dan satu lagi yang membuat gue cukup senang bukan kepalang, gue akhirnya bisa naik pesawat juga. Dari kecil sampai sebesar ini gue belum pernah ngerasain yang namanya naik pesawat, ternyata naik pesawat itu sama aja kaya naik bus (Enggak deh becandaaaaaa, seruuuuuu banget brooooh & sistaaaaaa...). Gue bisa liat gunung-gunung yang biasa gue lewati dari dataran rendah sampai ke puncak, tapi sekarang gue liat dari sudut pandang yang berbeda yaitu dari atas langit didalam pesawat. Satu kata yang terucap waktu itu, "...I believe i can fly..... "

***

Bandara Soekarno-Hatta, Senin 21 September 2015.

Jam 03:30 wib gue udah berangkat ke Bandara karena penerbangan paling pagi, mata yang masih ngantuk karena cuma tidur-tidur ayam ditambah badan masih capek karena latihan minggu sore lengkap sudah menjadi beban awal perjalanan kali ini. Tapi yang namanya jalan-jalan selalu membuat senang, jadi walau dengan kondisi badan seperti apapun ga ngaruh buat gue (padahal kalo dipijitin sih enak banget nih).

Tiba di Denpasar jam 08:52 WITA langsung bertemu dengan driver yang akan mengantarkan gue selama di Bali, namanya I Putu Mardika. Karena tujuan udah dibuat list kemana tempat yang akan dikunjungi, jadi tanpa basa-basi langsung masuk mobil duduk manis dan berangkaaaaat!!!!

DSCF7159-horz***

page2Tujuan kali ini pada hari pertama ke arah Bali tengah di kawasan Ubud dan sekenanya, tempat pertama sebenarnya Monkey Forest Ubud. Cuma karena masih capek di pesawat dan belum sempat tidur semalem, jadi ga ingin jalan kaki yang jauh-jauh dulu. Apalagi kali ini gue ngajak bokap, kasihan juga kalo disuruh jalan kaki jauh (mungkinkah ini jetlag...hahahahaha). Setiba di kawasan Monkey Forest Ubud hanya foto-foto didepannya saja, melihat-lihat dari jauh kawasan hutan yang pohon-pohonnya rindang dan teduh. Ga lama langsung berangkat lagi melalui jalan Ubud yang saat itu ramai sekali bule-bule dari Eropa dan sebagian dari Asia, berjalan lalu lalang disekitaran jalan Ubud yang khas dengan barang-barang seni (gue tertarik banget sama Ubud, pasti bakal balik lagi kemari nanti secara gue suka banget sama seni). Bli Putu mengajak kita untuk mampir ke Puri Saren Ubud yang mana tempat itu adalah Istana Raja Ubud yang dapat dikunjungi wisatawan, nyaman sekali dengan suasana di Puri Saren Ubud ini (nampaknya gue jatuh cinta pada pandangan pertama pada Bali).

lokasi : Puri Saren Ubud

page3Selesai muter-muter kawasan Puri Saren Ubud kita berangkat lagi ke tempat lain yang searah dengan rute perjalanan kali ini, yaitu Pura Gunung Kawi yang masuk kecamatan Gianyar desa Tampak Siring. Pada awal perjalanan kita sudah dihadapkan jalan tangga berbatu menurun karena Pura nya berada di bawah, dan kalo seperti ini yang sulit adalah waktu baliknya karena jalanan nanjak. Untung bokap lumayan kuat diajak jalan kaki, walau kadang nafas kita megap-megap saat nanjak ditambah terik matahari siang ini tepat berada diatas kepala. Panasnya seperti matahari itu tepat didekat kepala, untungnya lagi pemandangan yang membuat takjub dapat lupakan lelah jalan dengan kondisi naik dan turun.

page4Diawal perjalanan kita disuguhkan sawah terasering yang tertata rapih, jarang-jarang liat ginian dikota yang sekarang katanya metropolitan (yang banyak tuh mobil pada baris-baris dibaca: MACET.....!!!! huft...sambil ngelap keringat). Lalu setelah turun kebawah lagi jalur jelas satu arah melewati jembatan dari batu yang dibelah, dan melihat ke arah kiri nampak tebing yang bagian dalamnya dibuat seperti relief candi (wow gue kembali berdecak kagum atas pesona Bali, makin jatuh cinta lagi deh).

Dan berjalan lagi mengikuti arah jalan yang sedikit menanjak ke sebelah kanan, baru menemukan Pura nya dan seolah gue memasuki mesin waktu yang mengirim gue melintasi masa-masa kerajaan. Bangunan banyak terbuat dari bebatuan cadas yang keras dibeberapa sisinya terbalut lumut dibentuk secara alamiah oleh alam, mungkin ini perpaduan yang harmonis antara manusia yang dapat menjaga adat dan budayanya dengan alam semesta.

Baru beberapa jam gue berpijak di Pulau Dewata, sudah dibuat jatuh hati pada pandangan pertama. Jadi makin penasaran tempat-tempat lain yang akan gue datengi nanti, masih ada 2 hari kedepan gue akan menikmati perjalanan di Bali.


Oke balik lagi cerita perjalanan gue, setiap ukiran yang ada pada setiap bangunan di Bali sangat detail. Hal itu gue juga liat disepanjang perjalanan, rumah-rumah tradisional di Bali masih sangat asri dengan pohon-pohon didepan maupun pelataran rumahnya. Dan juga setiap pintu masuk utama menuju rumah pasti kecil, hampir gue ga temui rumah di desa-desa pintu masuk utamanya besar. Jika kata bli Putu di Bali itu banyak sekali filosofinya, mengenai pintu kenapa kecil itu diberitahu ketika kita hendak bertamu harus menjaga sopan santun dan jangan terburu-buru untuk masuk kita harus perlahan tidak grasak grusuk. Karena biasanya pintu masuk utama itu hanya dapat dilalui satu orang, jadi bergantian atau antri lah bahasa yang mudah dimengertinya. Pintu masuk utama dengan ukiran yang khas itu juga yang membuat gue suka, mudah-mudahan bisa punya rumah sendiri dengan interior design dari perpaduan daerah di Indonesia (Amiiiiin....Macam ini nih pintunya Pintu di Puri Saren Ubud.)

ini Bokap gue (Keceeee kan kaya gue... #PeDe).

DSCF7222-horzDSCF7221-horzDSCF7188-horz***

page6Habis dari Pura Gunung Kawi perjalanan dilanjutkan ke tempat yang lainnya, sekalian mencari makan karena sudah keroncongan cacing-cacing diperut minta jatah preman. Makan siang hari pertama menunya nasi campur ala Bali, setelah selesai isi perut lanjut lagi jalan. Tujuan ketiga hari ini adalah Pura Tirta Empul, kecamatan Gianyar Tampak Siring. Pura Tirta Empul yang juga merupakan satu kawasan dengan Istana Kepresidenan yang didirikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia pertama yaitu Presiden Ir. Soekarno. Di Pura ini terdapat mata air yang biasa digunakan umat Hindu untuk permandian dan memohon Tirta Suci, tempatnya sangat asri dan terjaga kebersihannya jadi ga heran banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang memilih Pura Tirta Empul ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi bila datang ke Bali.


page12Sambil mengitari kawasan Pura Tirta Empul, gue melihat banyak aktifitas yang dilakukan masyarakat setempat dalam membuat dan menyiapkan sesaji untuk sembahyang. Semua terlihat begitu mengesankan karena gue melihat langsung makna kebersamaan atau biasa disebut gotong royong, dimana itu merupakan suatu bentuk warisan budaya bangsa yang rasanya hampir punah di era modern seperti sekarang ini. Semua kalangan baik muda dan tua terlibat didalamnya, di setiap sudut yang berbeda dan dengan aktifitas penyiapan yang berbeda pula tapi untuk satu tujuan yang sama (semoga semangat ini ga benar-benar punah...Amin).

page8Dan berjalan-jalan ke sisi lain masih di kawasan Pura Tirta Empul, gue melihat seorang bapak yang sedang menyiapkan sesaji dan juga tiga gadis kecil yang sedang asik bermain-main disekitaran Tirta Suci tempat biasa yang datang untuk mandi dan minta permohonan. Semua begitu terlihat damai tanpa saling bersinggungan karena terganggu walau banyak juga wisatawan yang lalu lalang, mungkin karena yang datang ke Pura Tirta Empul ini sudah mengetahui sopan santun ketika berada ditempat ibadah. Perjalanan kali ini gue mendapat banyak hal-hal baru baik dalam terbukanya pikiran dan wawasan gue lebih jauh, juga ketenangan batin dan kepuasan hati karena ga salah memilih Bali untuk kado ulang tahun Papa. Selagi bisa gue membuat Papa tersenyum, karena mungkin apa yang gue beri saat ini dinilai dari segi materi belum cukup dibandingkan perjuangan Papa membesarkan gue anaknya yang nakal dan sering susah diatur ini (tiba-tiba menjadi melankolis........hiks........hiks.......hiks). Ah sudah-sudah jangan terlalu melankolis lah, mending balik lagi ke cerita perjalanan (mencoba mengalihkan issue sambil ngumpet ngelap air mata haru).

page7 page16 page15 page14 page13 page11 page10 page9

***

page17Lanjut ke tempat berikutnya ke dataran tinggi di Bali yaitu Kintamani, nama tempatnya adalah Pura Ulun Danu Batur. Nampak Disepanjang jalan tersaji pemandangan elok rupawan gunung Batur, dan gunung tertinggi di pulau Dewata adalah gunung Agung dari kejauhan gagah menjulang puncaknya tertutup awan.

Setiba di Pura Ulun Danu Batur seperti biasa bayar tiket masuk pengunjung pada umumnya, tapi disana ada pengalaman yang ga enak ketika hendak memasuki kawasan Pura Ulun Danu Batur tersebut.

Begini ceritanya:

Awalnya seperti biasa ketika hendak masuk kawasan Pura kita diwajibkan memakai kain atau selendang, biasanya di depan sebelum memasuki Pura ada kain atau selendang yang disediakan. Ada tersedia yang gratis dan ada juga yang membayar dengan memberikan donasi sukarela ke dalam kotak yang tersedia, tapi saat membayar tiket masuk ada 2 orang ibu-ibu dekat loket tiket mengarahkan untuk mengambil kain yang berada di dalam bangunan tidak jauh dari loket pembelian tiket. Tapi ketika gue dipakaikan kain selendang, si ibu langsung bilang untuk sewa selendang dikenakan biaya 50ribu.

"Hah.....?!!!?!?, ini beli atau dipinjamkan bu?", tanya gue.

"ini dipinjamkan, jika mau beli beda lagi", ucap salah satu ibu itu.

"ah yang bener bu, saya ga jadi deh", gue langsung keluar bangunan itu dengan nada kesal.

"mau nya berapa de, udah dikurangin lagi deh, pas nya berapa?", kata si ibu itu seperti menawarkan.

"Ibu, mohon maaf sebelumnya. Saya berkunjung kesini untuk mengenal secara langsung budaya disini, saya pun sebelum kesini sudah mengunjungi beberapa Pura yang ada di Bali. Saya paham harus menggunakan kain atau selendang sebagai wujud penghormatan dan sopan santun dalam Pura, biasanya ada yang menyediakan gratis tapi ada juga dengan membayar donasi sukarela. Saya bukannya ga mau membayar, tapi dengan cara ibu yang demikian saya jadi kecewa dan lebih baik tidak jadi sama sekali untuk mengunjungi Pura Ulun Danu Batur ini. Sekali lagi mohon maaf ya bu.. dengan tidak mengurangi rasa hormat", lantas gue segera ke mobil tempat bli Putu menunggu.

"Iya de, gimana kalo bayar 15 ribu aja. Kan sudah membayar tiket masuk", si ibu itu tetap mencoba menawarkan pilihan.

"Sekali lagi maaf ya bu, saya sudah ikhlas kog untuk tiket masuk yang sudah saya beli. Ga masalah jika saya tidak jadi mengunjungi Pura Ulun Danu Batur", langsung masuk ke mobil dan bilang ke bli Putu untuk melanjutkan ke tempat berikutnya.

***

page18Oke lanjut ke perjalanan berikutnya adalah Desa Adat Penglipuran, yang terletak di kecamatan Bangli. Setibanya di Desa Adat Penglipuran seperti biasa pada desa-desa di Bali pada umumnya yang terlihat asri, namun yang membedakan adalah desa adat ini masih menjaga adat dan budayanya hingga kini. Pelestarian yang patut dibanggakan, karena memang sudah jarang budaya tradisional dapat bertahan tergerus budaya modern. Memang bukan berarti kita harus keras menentang secara ekstrem perkembangan budaya modern untuk mempertahankan budaya tradisional, tapi lebih bijaknya jika kita mampu menyatukan perpaduan budaya tersebut menjadi lebih baik. Kadang tidak semua dapat melakukan perpaduan dengan baik dan benar, tapi ga ada salahnya mencoba namun tidak melenceng jauh dari norma yang sudah berlaku.

page19Yang paling gue suka di Desa Adat Penglipuran ini adalah suasana yang nyaman, teduh walau tidak begitu banyak pohon besar, dan kebersihan di jalanan sekitar desa terjaga. Ramah setiap senyum masyarakat desa selalu nampak terlihat, biar begitu banyaknya wisatawan yang berkunjung suasana di desa ini mengalir saja tanpa dibuat-buat atau direkayasa. Kehangatan dalam obrolan beberapa ibu-ibu penduduk desa yang kumpul didepan pelataran, dan sekumpulan anak-anak kecil bermain sambil berlarian di sore ini  benar-benar buat gue terkenang masa kecil dulu.

Setelah muter-muter desa gue istirahat sejenak sambil ditemani minuman khas Desa Adat Penglipuran yang namanya loloh cemceman, minuman yang berwarna hijau rasanya sedikit asam dan manis membuat badan menjadi segar kembali.


page20Karena hari sudah sore, perjalanan keliling Bali hari pertama sudah selesai sampai disini. Dan sambil balik ke arah penginapan kita mencari makan di warung senggol sekitaran jalan Sanur, warung senggol di Bali itu merupakan warung tenda seperti pujasera. Banyak pilihan makanan yang bisa dipilih sesuai selera, kali ini gue memilih makanan ayam betutu.

Pokoknya selama di Bali gue mau mencicipi kuliner khas daerahnya, sebenernya setiap gue jalan kemana pun pasti gue selalu mencari kuliner khas daerah tersebut. Tapi tergantung bahan bakunya juga, ga semua harus gue cicipi karena ada juga yang ga masuk kedalam selera gue pribadi (bisa ga ketelen sama gue...hahahahahahaha).

Setibanya dipenginapan gue langsung mandi karena udah seharian belum mandi, badan rasanya lengket kaya mandi karamel (ini berlebihan kayanya...hahahahahaha). Dan setelah mandi tanpa komando badan rebahan langsung pules tertidur karena capeknya jalan-jalan seharian, karena besok akan melanjutkan perjalanan lagi jadi sekarang istirahat total agar besok stamina dapat kembali bugar. Selamat bobo...!!!!!

Zzzzt....Zzzzt......Zzzzzt.......krooooook......ngooook.....kroooook...ngooook.....

Bersambung....

Post a Comment for "Bahagia itu adalah ketika bisa wujudkan impian orang tua, itu saja!episode 1"