Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jalan-Jalan Manja edisi Bali, Pulau Dewata yang penuh Pesona

 

20160608_175725_LLS

You can't buy happiness.

But you can buy a plane ticket, and that's kind of the same thing.


page

Ungkapan yang tepat sebagai semangat pembuka dalam cerita Jalan-Jalan Manja kali ini, begitu banyak hal yang terencana belum tentu akan terlaksana. Mendadak itu memang menyenangkan, sekaligus menegangkan. Apalagi dalam melakukan sebuah perjalanan yang segala sesuatunya mesti disiapkan, tentunya keputusan harus matang dengan segala pertimbangan atas setiap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti.

(gue ngetik apaan yak, terlalu baku banget bahasanya)

Jalan-Jalan Manja edisi Bali


Anggara (Selasa) 7 juni 2016.

Om Swastiastu,
Akhirnya kami tiba di Bali sekitar pukul 21.05 WITA dengan kondisi perut lapar karena belum makan sejak siang tadi. Sempat terjadi sedikit drama sewaktu di Bandara Soekarno-Hatta terkait dengan tragedi perut lapar, jadi seperti ini ceritanya:



Siang tengah hari bolong saat matahari tepat bersinar sangat terik tepat diatas kepala (adegan ini telah di dramatisir, ya NAMANYA JUGA DRAMA), gue ijin balik setengah hari dari tempat kerja karena gue melihat jadwal yang terdapat di boarding pass itu pukul 17:15. Setelah gue jemput Maria Magdalena Deotami kita langsung bergegas supaya tidak terlalu buru-buru ketika di bandara. Apalagi jalur menuju bandara dialihkan tidak lagi melalui M1, jadi untuk menuju ke Terminal Bandara kita harus muterin tuh bandara (lumayan makan waktu kan tuh buat muterin bandara aja).

***

Singkat cerita udah tiba di bandara sekitar jam 16.20 (lumayan masih bisa nyantai dikit, dapetlah sebatang dulu sambil nunggu), setelah itu tanpa menunggu lama kita langsung check in karena waktu tinggal 1 jam lagi. Setelah check in seperti biasa menunggu di ruang tunggu (masih dengan penuh semangat karena akan memulai sebuah perjalanan kembali), waktu terasa begitu lambat berdetak rasanya untuk tiba di pukul 17:15 dan belum juga ada tanda-tanda informasi kita boleh masuk ke pesawat (muka sudah mulai gelisah, perut mulai bunyi tanda kelaparan). Wajah yang tadinya begitu bersemangat mulai kusut karena harapan untuk dapat melihat pemandangan sore dari atas telah sirna, langit pun mulai gelap dan perut makin ga karuan bunyinya karena menahan lapar. Sempat melihat di pintu depan sebelum check in dibagikan box makanan untuk santapan berbuka puasa, gue dan maria pun yang kelaparan hanya bisa melihat orang asik memakan roti setelah kumandang adzan maghrib. Untungnya tak lama ada informasi kita dapat masuk ke dalam pesawat untuk keberangkatan ke Bali.


Ternyata boarding pass yang gue cetak menunjukan waktu boarding itu yang 17:15 WIB, bukan waktu keberangkatan pesawat yang 17:15. Keberangkatan pesawat itu adalah pukul 18:15 WIB, ditambah lagi perjalanan selama kurang lebih 2 jam membuat perut bunyi karena keroncongan makin ga karuan.

*geleng-geleng kepala, sambil usap perut karena kelaparan*


page1 
Oke lanjut ke masa kini, yang lalu biarlah berlalu...

Setibanya di Bandara I Gusti Ngurah Rai isi kepala langsung merekam dan memaksa hati untuk mencari makanan yang pedas dan panas (sebenernya udah dari Bandara Soekarno-Hatta sih kepengennya, #EfekKelaparan), tanpa pikir panjang setelah mendapat motor rental kita langsung bergegas menuju Rumah makan Nasi Pedas Bu Andika di daerah Kuta. Masakan disini tidak perlu diragukan lagi rasanya (karena pernah mencoba sebelumnya, jadi tau rasanya), karena sudah terkenal dan seperti makan dirumah sendiri. Menu pilihannya banyak dan sangat beragam, tinggal pilih mana yang disuka. Mengenai harga tergantung dari banyaknya porsi dan ragam menu yang kita pilih, jadi masih dapat dikatakan relatif lah.

page2 
Setelah perut terisi dan hasrat keinginan otak juga telah terpenuhi, inikah rasanya sebuah kenikmatan dalam hidup (efek perut kenyang, sedikit lebay gapapa dah). Dari rumah makan Nasi Pedas Bu Andika kita langsung berkeliling menikmati malam di sepanjang jalan Kuta Legian dengan kehidupan yang seolah tidak pernah tertidur pulas, menyusuri setiap jalan ramai wisatawan yang ingin mencari hiburan baik itu wisatawan domestik ataupun wisatawan asing. Kita mampir ke pantai Kuta dan Pantai Legian, malamnya kita hanya berfoto di Pantai Legian besok baru akan ke Pantai Kuta (dipantai ketika malam ga keliatan apa-apa, cuma terdengar deburan ombak aja maklum bukan anak pantai).

***


page3 

Buda (Rabu) 8 Juni 2016.

Berita tentang arus ombak di sepanjang pantai Kuta dalam beberapa hari ini membuat pantai ini tidak begitu terlalu ramai dikunjungi karena takut mengkhawatirkan keselamatan pengunjung, memang tidak lengkap rasanya jika ke Bali tidak mengunjungi Pantai Kuta yang terkenal. Maka dari itu kita menyempatkan untuk mampir sekedar berfoto dan menikmati suasana disekitar Pantai Kuta yang memang ombaknya waktu itu sangat deras, buktinya air ombak sampai keluar batas pagar tembok (kebayang kan gimana kencangnya hembusan angin yang membawa air ombak itu).

page4 
Pemandangan Pantai Kuta memang indah sepanjang garis pantai birunya air laut bercampur putih buih-buih air yang bergradasi menjadi perpaduan yang ciamik, ditambah kondisi pantai yang terjaga kebersihannya dari sampah plastik. Waktu terbaik menikmati suasana di pantai Kuta adalah sore, karena sunset di pantai ini bagus dengan ombak yang tenang (ini opini seorang Pria yang bukan sama sekali masuk kriteria Anak Pantai). Karena kita kebetulan hanya ingin mampir saja, dan pagi hari menjelang siang di Pantai Kuta cukup terik akhirnya kita putuskan untuk lanjut perjalanan ke tujuan berikutnya.

page5 
Dengan bermodal GPS (Gunakan Penduduk Setempat) dan Aplikasi MAP dari handphone jadul kita menyusuri jalan di Bali, perjalanan yang jauh terasa tidak begitu membosankan karena setiap sudut jalan di Bali menyajikan sebuah pemandangan yang berbeda dari tempat yang saya pernah kunjungi. Suasana yang sangat kental dengan adat dan budayanya, senyum dan keramahan penduduk asli setempat. Terkadang ketika diperjalanan kita akan melihat ada upacara adat yang dilakukan, kita harus bersabar atau kita bisa mencari jalan alternatif lain yang ditunjukan oleh warga setempat (tenang aja, banyak jalan menuju Bali).

page6 
Setelah menyusuri jalan ke arah utara, dengan jalan yang berliku sedikit menanjak dan makin lama semakin tinggi. Akhirnya kita telah tiba di Kintamani, dataran tinggi menyajikan pemandangan alam yang luar biasa. Kemegahan Gunung Batur yang berada ditepian danau, nampak dari jauh sebuah desa Trunyan yang juga sering dikunjungi wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara.

flashback Bali ketika itu...
***

20160608_133016
page7 
Siang menjelang sore kita meluncur lagi menuju tujuan berikutnya yang lumayan ga kalah bagusnya, yaitu Desa Wisata Penglipuran. Tempat ini merupakan salah satu dari desa adat yang banyak dikunjungi para wisatawan, tempat yang sejuk nan asri dengan pemandangan desa dan uniknya adalah hampir semua rumah di desa ini nyaris sama. Tertata rapih seperti blok cluster namun konsepnya sangat tradisional, pengen rasanya punya tempat tinggal seperti di desa ini.

page8 
Suasana siang yang terik tidak begitu terasa panas disini, entah mungkin terbawa suasana asri yang terdapat di Desa Penglipuran. Dan cuaca yang panas ini pilihan paling tepat adalah minum yang segar, pilihannya adalah kunyit asam dan loloh cemcem minuman khas yang dapat dibeli pada penduduk asli disitu. Harganya cukup murah dan rasanya itu bikin nagih, wajib mencoba jika mengunjungi Desa Wisata Penglipuran.

page9 
Setelah puas jalan-jalan siang di desa ini, dan menikmati minuman khas tradisionalnya, tak lupa juga berfoto-foto dan berinteraksi dengan penduduk asli sekitar. Kita pun langsung bergegas menuju tempat berikutnya, perjalanan kali ini cukup lumayan karena kita mempunyai tujuan yang sangat berjauhan tapi tidak menjadi penghalang bagi kita untuk datangi. Pulau saja bisa kita sebrangi, apalagi selama masih di darat. Tancap gas jangan kasih kendor!!!!



Kita kelilingi bali pokoknya lah, ukur jalan terus sampai itungan kilometer putus!!! With Maria at Desa Adat Tradisional Penglipuran (Balinese Traditional Village)


20160608_151027

Jalan-Jalan Manja Edisi Bali


20160608_171630
page10 
Pura Luhur Tanah Lot menjadi tujuan kita berikutnya, karena belum ke Bali kalo belum ke Tanah Lot (perasaan di Kuta juga gitu deh). Sebelumnya gue pernah ajak bokap gue ke Bali, dan berkunjung ke beberapa tempat yang gue kunjungi bersama Maria Magdalena Deotami. Kita menikmati senja disini, karena sudah terlalu sore dan sudah tidak memungkinkan ke tempat wisata lain (kecuali tempat makan, itu wajib dikunjungi karena Bali banyak makanan enak). Lagipula senja disini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja (karena Bali sangat begitu eksotis menurut gue pribadi, like jika anda setuju).20160608_174118page11 
Deburan ombak yang tidak terlalu tinggi, dan pasang air yang tidak tinggi membuat para wisatawan dapat turun mendekati Pura Luhur Tanah Lot.

"Senja buat gue bukan hanya sebuah pemandangan yang indah dinikmati mata, tapi lebih pada sebuah peristiwa ketika mengiringi matahari pergi ke tempat yang lain."
Jalan-Jalan Manja edisi Pulau Dewata dalam menikmati senja With Maria at Pura Luhur Tanah Lot

20160608_175725_LLS

page12

Wraspati (Kamis) 9 Juni 2016.
Pagi ini kita sudah meluncur lagi ke arah yang berbeda dari kemaren, sebenernya jika dilihat pada peta lokasi yang kita kunjungi itu segaris lurus. Dari daerah Kintamani pun masih terlihat dataran tingginya, namun jarak dan kondisi jalur yang berbeda membuat tujuan kali ini terasa begitu jauh. Tapi meskipun jauh tak jadi halangan buat kita, yang penting kita senang-senang dan JANGAN LUPA BERMAIN.

page13 
Lokasi ini juga merupakan tempat wajib dikunjungi ketika hendak berlibur ke Bali, dan sudah menjadi ikon dalam mata uang pecahan Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

Ya anda benar, tujuannya adalah Pura Ulun Danu Beratan!!!
Pura Ulun Danu Bratan merupakan dataran tinggi, jadi tak heran suasana disini sangat sejuk. Jika sedang ke Bali dan rindu suasana sejuk, maka pilihan tepat adalah disini. Banyak juga tempat wisata di kawasan Bedugul, selain mengunjungi Pura Ulun Danu Bratan.

page14 
flashback Bali lagi ketika itu....

Banyak hal yang tidak dapat dilewatkan saja ketika sedang di Bali, baik itu ketika bepergian bersama keluarga, pasangan, atau teman-teman sekalipun. Bali tetap akan menjadikan pengalaman setiap pengunjungnya sangat berkesan, coba saja jika tidak percaya!!!

Jadi Kapan Mau Ke Bali lagi, dan temukan hal yang paling berkesan dari Pulau Dewata!!!

***


20160609_13404220160609_140656page15 
Tujuan berikutnya juga tak kalah mempesona dan menjadi daya tarik wisata Bali, yaitu Pura Uluwatu.

Hamparan laut yang luas dan ombak yang berderu kita dapat saksikan dari atas tebing tinggi di Pura Uluwatu, pemandangan ini sangat memukau apalagi dulu pernah menikmati sunset disini dengan menyaksikan pementasan Tari Kecak. Sayangnya kita kali ini tidak menyaksikan sunset dan pementasan Tari Kecak di Pura Uluwatu karena masih ada tempat yang ingin dikunjungi, jadi kita hanya menikmati suasana di Uluwatu sambil berfoto-foto.



20160609_162629

20160609_163455

20160609_162248
Pura Uluwatu gue mendapatkan pengalaman lucu, yang awalnya gue berpesan ke Maria Magdalena Deotami untuk menjaga kacamatanya agar tidak direbut monyet disana. Ternyata malah gue yang jadi korban pengambilan kacamata oleh monyet disana, kejadiannya begitu cepat dan bikin kaget secara tiba-tiba. Padahal sedang asyik santai dan ngobrol juga tidak ada monyet disekitar tempat kita duduk, tapi untungnya petugas langsung sigap memancing dengan melempar kacang agar monyet itu melepas kacamata yang diambilnya.

page17 
Setelah dari Pura Uluwatu kita meluncur lagi ke tempat berikutnya, jalan-jalan manja kali ini seperti di uber-uber oleh waktu, karena tujuannya yang cukup jauh dan waktunya singkat.

lagi-lagi flashback Bali ketika itu...
Pantai Pandawa, salah satu pantai yang tidak boleh dilewatkan begitu saja ketika hendak berlibur ke Bali. Pemandangan pantai yang berbeda dari pantai-pantai yang ada di indonesia dapat kita nikmati di Pantai Pandawa ini.

Suasana panas terik matahari memang sudah menjadi hal yang wajar ketika memilih berkunjung ke pantai pada siang hari, tapi keindahan pantai tidak akan mengurangi hasrat bermain diteriknya matahari.

20160609_173930



Jalan-Jalan Manja edisi Pulau Dewata sudah sampai disini saja, mungkin nanti sambung lagi ketika kesempatan dan waktunya ada. With Maria at Pantai Pandawa


Karena hari sudah mulai gelap dan waktu kita di Bali sudah semakin sedikit, jadi pilihan kita untuk pergi ke Joger dibatalkan dan kita lebih memilih mencari makanan. Jauh-jauh ke Bali makanan penutup kita di bali adalah Sop Kambing Jakarta, lucu juga sih kalo dirasa (habis mau bilang apa, bingung cari makan sepanjang perjalanan ke bandara).

20160609_200100
Terima kasih Bali, untuk Jalan-Jalan Manja edisi Pulau Dewata.
Terima kasih semesta yang mendukung, karena hidup adalah sebuah perjalanan: yokitakemon !!! With Maria at Gate 4a year ago from Kuta

Matur Suksma

Om Shanti Shanti Shanti Om

Post a Comment for "Jalan-Jalan Manja edisi Bali, Pulau Dewata yang penuh Pesona"