Jogja aku kembali karena kopi, bagaimana riwayat (#BudayaNgopi) mukini...???
Setelah kemaren balik dari jalan-jalan santai ke Bali sama papa, sekalian jalan-jalan jajan kopi dibeberapa tempat ngopi di Bali. Entah kerasukan apaan secara tiba-tiba gue beli tiket kereta PP (Pulang Pergi) tujuan Jogjakarta (padahal waktu itu lagi ga punya duit a.k.a BOKEK...Ditambah jatah cuti gue bakal habis!!! *tepok jidat, menyesal setelahnya), pemikiran gue yang terlintas saat itu adalah "gue mau tau budaya ngopi di Jogja, itu aja!!!" (Gila dan nekat juga kalo dipikirin, ah...sudahlah).
Karena memang tujuan kali ini adalah jalan-jalan jajan kopi dengan tema dan niat sebagai berikut:
"Jogja aku kembali karena kopi, bagaimana riwayat (#BudayaNgopi) mu kini...???"
Tangerang, senin 12 oktober 2015.
Perjalanan dimulai dari rumah menuju ke Stasiun Pasar Senen jam 19:30 wib, seperti biasa jika gue mau pergi dengan kereta api dari Stasiun Pasar Senen motor gue titip didekat gelanggang depan stasiun. Setelah tiba di stasiun gue langsung bergegas mencetak tiket, lantas beli air mineral buat bekal selama perjalanan di dalam gerbong kereta. Karena gue liat jam keberangkatan kereta Progo masih cukup lama, gue cari tempat duduk yang PW (Posisi Wuenak) buat nongkrong sambil ngerokok santai liat begitu banyaknya orang yang berlalu-lalang sibuk dengan kegiatannya masing-masing (lumayan dapet ngisep rokok berapa batang+liat cewe-cewe kece yang kekinian). Padahal ini hari senin dan tanggal merahnya masih 2 hari lagi, tapi di Stasiun Pasar Senen malam ini padat sekali seperti libur hari raya. Ternyata pengguna jasa transportasi kereta api masih banyak peminatnya, ini dibuktikan masih banyak orang yang memilih sarana transportasi dengan menggunakan kereta api. Karena pelayanan sekarang ini dirasakan sudah jauh lebih meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen, Semoga semakin berkembang dan meningkatkan pelayanannya terhadap masyarakat (maju terus Kereta Api Indonesia!!!! *mendukung karena gue salah satu orang yang sering naik kereta api untuk jarak jauh*).
Bersedia
Jalan-jalan jajan kopi dimulai dari sini. Hai para pedagang kopi keliling, angkringan yang jual kopi, warung kopi, coffee shop, atau para penikmat kopi item di sepanjang perjalanan. Akuuuuh bersama mu di dalam dunia hitam yang cair dan begitu mempesona. Istimewa!!!!
*(Perjalanan selama di kereta seperti biasa, ga ada yang spesial buat diceritakan dan ga liat cewe yang kece)*
Jogjakarta, selasa 13 oktober 2015.
Touchdown Jogjaaaaaa.......Yehaaaaaaaa!!!!
(lakukan adegan selebrasi ala pemain bola yang habis cetak goal..) #DRAMA
Oke kembali lagi ke cerita perjalanan, jangan bayangkan adegan itu seperti apa. abaikan saja!!! Gue memang senang sekali bisa kembali ke Jogja, berasa seperti kembali ke rumah. Apalagi gue terakhir ke Jogja waktu bulan mei sebalik habis pendakian dari Gunung Lawu, ke Jogja cuma mampir sebentar ga lebih dari setengah hari. Makanya gue kangen banget sama Jogja dan seisinya, pokoknya kangen pake banget lah sama Jogja yang istimewa!!!!.
Siap
Sugeng rawuh.
Setelah sampai di Stasiun Lempuyangan sekitar jam 07:00 lewat dikit, gue langsung menemui orang rental motor yang sudah nunggu disebrang stasiun. Habis itu tanpa basa-basi gue menuju ke tujuan pertama dalam jalan-jalan jajan kopi kali ini, ayo kita kemon!!!!
Perhentian Pertama
Tidak jauh dari Stasiun Lempuyangan keluar menuju arah kanan ikutin jalan terus pertigaan masih lurus sampai deket stadion kridosono belok kiri, perhatikan sebelah kiri disitulah Legend coffee ada. LEGEND 24/7 GAMES COFFEE JL. ABU BAKAR ALI NO 24 JOGJA 55224. (0274) 541290 itu alamat lengkapnya jika masih bingung cek aja dari GPS (Global Positioning System), kalo ga punya ya pake GPS manual yaitu Gunakan Penduduk Setempat.
Setibanya di Legend Coffee gue langsung memesan kopi legend level 2, sebagai pembuka jalan-jalan jajan kopi kali ini. Sambil melihat-lihat dan bertanya kepada pramusaji yang gue lupa tanya namanya, suasana di tempat ini cukup nyaman buat nongkrong bersama kawan-kawan. Banyak permainan yang disediakan gratis seperti billiard, playstation, ding-dong, dan tempat yang unik disetiap sudutnya terbagi beberapa room juga outdoor. Apalagi tempat ini buka 24 jam setiap harinya, sayangnya gue ga foto-foto karena ga enak kalo belum ijin. Dan ternyata gue pun datang sedikit terlambat karena Legend Coffee baru merayakan hari jadi nya semalem (yaaaa ketinggal ikutan pesta), itu pun gue dapat informasi dari pramusaji yang lumayan lama gue ganggu waktunya untuk ngobrol-ngobrol santai ingin tau tentang Legend Coffee ini (makasih ya mbak manis yang lupa gue tanya namanya).
Perhentian Kedua
“Perhentian kedua, Tubruk arabica tepal ditemani obrolan siang ala warung kopi pada hakekatnya.”
Setelah kopi legend level 2 habis gue langsung bergegas mencari tempat ngopi yang lainnya lagi, gue inget pernah di kasih tau sama mas Angga seorang fotografer paling kece yang pernah gue kenal (yang kini udah punya usaha sendiri dengan namanya Bingkai Kotak). Dia bilang kalo main ke Jogja mampir ke Studio Kopi, akhirnya gue pun meluncur dengan bantuan GPS dan nanya-nanya ke orang yang gue temui di jalan. Ternyata pas tiba dilokasi masih tutup dan baru buka jam 13:00 wib katanya (padahal udah muter-muter dan jauh pula kesininya), hati sedikit kecewa sih ga bisa mampir dan nikmati kopi disini. Tapi daripada gue buang waktu mending lanjut cari tempat ngopi yang ga jauh dari sini, setelah cari di google dan akhirnya jatuh pilihan kepada House of Timoho. Tanpa ragu meluncurlah gue masih dengan bantuan GPS, muter-muter dan sedikit tanya ke orang sekitar ga nemu juga. Akhirnya karena gue daripada pusing nyari hal yang ga pasti, mending cari tempat ngopi yang seketemunya di jalan.
Dengan harapan yang pupus karena 2 tujuan yang terpilih ga sesuai ekspetasi, sambil jalan pelan akhirnya gue ga sengaja liat ada tempat ngopi di pinggir jalan Jl.Ipda Tut Harsono no.8 yk (Sltn kantor OJK) sebelah kiri perempatan lampu merah. Namanya Otentik Kopi, disajikan segelas kopi arabica Tepal dari Sumbawa menjadi pembuka hangatkan obrolan siang dengan mas sigit seorang barista yang meraciknya dan seorang bapak penikmat kopi yang rumahnya tidak jauh dari sini.
Perhentian kedua nambah kopi
“Masih diperhentian kedua, kopi bakar yang unik menambah wawasan lagi tentang kopi.”
Obrolan seperti inilah yang gue rindukan ketika ngopi-ngopi santai, adanya interaksi dan komunikasi tanpa sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Sebenernya itu pilihan tiap orang, nongkrong mau asyik sendiri sama gadget atau lebih baik ajak ngobrol orang yang ada dihadapannya. Ditambah sekarang ini sudah begitu banyak tempat ngopi yang beragam konsep dan varian jenis kopi yang disajikannya. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling mewah, dari yang harganya 2 lembar uang kertas bergambar Pangeran Antasari sampai 2 lembar uang kertas bergambar I Gusti Ngurah Rai untuk segelas kopi yang dapat kita nikmati.
Karena asyik ngobrol ngalor-ngidul gue sampai nambah kopi, kali ini gue penasaran sama kopi bakar yang merupakan house blend dari Otentik Kopi. Rasanya cukup unik dan pastinya menambah wawasan gue tentang dunia kopi yang hitam begitu mempesona, gue makin jatuh lebih dalam lagi dalam gelapnya air berwarna hitam ini. Setelah matahari dirasa sudah tidak terlalu terik, gue pun pamit untuk lanjut ke tujuan berikutnya (walau masih belum tau mau kemana).
Sowan
Sekalian sowan mumpung di jogja.
Gue mengambil arah kota Jogjakarta tepatnya Malioboro karena mungkin disana bakal banyak nemuin tempat ngopi lagi, pokoknya dimana pun tempatnya yang penting judulnya NGOPI. Karena mumpung gue lagi di Jogja dan ga enak rasanya jika ga mampir ke rumah Pakde Sigit, jadi biarpun sebentar gue mampir. Ternyata pas tiba dirumah Pakde Sigit ga ada orang (baru aja mau jalan ketempat lain karena liat ga ada orang), tapi ga selang waktu berapa lama Pakde Sigit tiba juga baru balik dari jemput anaknya (semuanya seperti ngerasa udah diatur aja, padahal gue jalan ga pake rencana...ikutin langkah aja).
Ngobrol dengan Pakde Sigit mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang cukup rumit, ketika datang ke tempat GURU itu bisa dikatakan seperti mendapat air yang sejuk hilangkan dahaga haus akan ilmu. Banyak hal yang gue serap dari obrolan itu hingga menjelang petang, cukup lah ilmu ini bisa jadi bekal dibawa pulang ke Tangerang. Karena hari sudah semakin sore dan gue pun ada janji ingin mampir ke tempat yang sudah direncanakan sebelumnya, jadi gue pamit mau ke tempat lain kepada Pakde Sigit dan keluarga.
Perhentian Ketiga
“Perhentian ketiga. Belajar membuka pengetahuan lebih luas tentang kopi dari hulu hingga hilir, dari petani sampai ke konsumen. Kosong kan ruang pikiran agar menyerap ilmu lebih banyak seperti mengosongkan gelas kopi tanpa sisa, semua ada makna nya.”
Arah tujuan gue kali ini ke arah Tugu Jogja deket pasar Kranggan, sambil mencari SPBU untuk isi bahan bakar motor sekalian numpang mandi (belum mandi soalnya dari pagi coy, badan lengket rasanya....*ketawa nyengir*). Perjalanan kali ini gue belum sewa penginapan untuk bermalam, jadi untuk mandi ya cari toilet umum atau SPBU buat numpang mandi. Dan untuk tidur, dimana aja lah nanti gampang (gue mah asal bisa rebahan udah cukup dan ga rewel).
"habis mandi setelah seharian badan belom kena air, segeeeeer bener dah ah rasanya kaya minum es cendol saat siang bolong...", Sambil sisiran didepan kaca spion motor orang.
Doc. Wikikopi |
Setelah sampai di Pasar Kranggan, ga sulit menemukan Wikikopi. Masuk melalui tangga untuk ke lantai 2 terus tempatnya ada di pojok kanan, atau jika bingung tanya saja ke orang disekitar Pasar Kranggan. Setibanya disambut dengan beberapa kawan dari Wikikopi, obrolan santai dari salam kenal sampai cerita tentang kopi dari hulu hingga ke hilir. Secara pribadi gue sendiri salut dengan konsep yang ada di Wikikopi yang peduli dengan nasib petani kopi, dengan membuat sistem yang saling menguntungkan tanpa ada yang dirugikan. Wawasan gue tentang kopi tambah lagi dengan adanya informasi dari hasil obrolan dengan kawan-kawan di Wikikopi, saat seperti inilah moment yang paling gue senang ketika bertemu orang baru yang dapat memberikan wawasan baru (angkat gelas kopi kita bersulang).
Ternyata gue datang kali ini bertepatan dengan acara Diskusi Selasar Pasar yang diadakan wikikopi, mungkin hal yang kebetulan lagi ini bisa menyerap ilmu baru buat dibawa pulang. Adapun bahan bacaan untuk diskusi tersebut dapat cek disini. Diskusi yang hangat dengan bahasan menarik, membuat masing-masing yang hadir mendapatkan sesuatu yang dapat dibawa pulang untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tentang hal berbagi. Karena sudah selesai acara diskusinya dan gue juga ada janji ingin ikut gabung dalam perayaan ulang tahun pertama Kailash, anaknya bli Made Wirayudha dan Aida Fitria kawan gue di Tangerang yang sedang jalan-jalan di Jogja. Senang rasanya bisa ikut dalam kebahagiaan kawan gue dan keluarganya, kita berkumpul bersama kawan-kawan dalam kesederhanaan. Karena pada hakikatnya sendiri bahagia itu sederhana, cukup temukan dan rasakan apa yang membuat diri kita bahagia, itu saja cukup!!!
Malam yang panjang dihabiskan dengan cerita penuh canda dan tawa, kehangatan oborolan hingga ujung malam di Alun-Alun Kidul Jogja. Bertambah lagi kawan baru yang merantau di Jogja yang istimewa, ada yang merantau karena kuliah dan ada juga yang sudah jatuh cinta pada Jogja. Karena malam sudah semakin larut kita semua harus istirahat, gue yang masih belum cari penginapan disarankan oleh bli Made untuk bermalam ditempat salah seorang kawan yang berkumpul disini. Akhirnya karena pertimbangan jarak tempuh dan waktu yang singkat gue pilih numpang ditempat mas Fatur, setelah sampai ditempat mas Fatur kita ngobrol-ngobrol santai. Ternyata mas Fatur ini adalah seorang perantau asal Lampung namun sudah dari sekitar tahun 2000an hidup di jogja, sebelumnya mas Fatur pun pernah merantau ke kota-kota lainnya. Jogja merupakan kota yang paling lama menetap, begitu ucapnya penuh canda.
Jogjakarta, Rabu 14 Oktober 2015.
Pagi menjelang siang sekitar jam 10:15 wib gue baru terbangun, karena semalam begitu asiknya ngobrol ga terasa hingga 03:30 WIB. Setelah mandi dan ngopi pagi yang nikmat dibuatkan oleh mas Fatur, kita menghampiri tempat penginapan bli Made dan Aida. Gue sekalian mau pamitan balik ke jakarta lebih dulu, karena jatah libur gue udah habis jadi ga bisa ikut gabung jalan-jalan bersama yang lainnya lagi (jadi sediiiiih akuuuuh nya....hiks).
Perhentian Keempat
“Perhentian keempat, Mampir diajak kawan dari jogjakarta yang tetap istimewa.”
Karena jam masih menunjukan pukul 12:00 WIB dan mas Fatur semalem sempat bahas bahwa kawannya ada juga yang membuka usaha warung kopi, setelah dipikir-pikir waktu keberangkatan kereta masih cukup lumayan lama akhirnya gue putuskan untuk mampir (pokoknya perjalanan kali ini semua tentang ngopi). Lagipula lokasinya pun tidak jauh dari tempat mas Fatur, setibanya disana gue tertarik dengan konsep warung kopi yang unik. Disambut dengan pintu gebyok dan sebuah vespa merah yang menggoda, sebuah rumah yang teduh dengan banyak menggunakan ornamen kayu ditambah dengan rindangnya pohon yang tumbuh didepan (cukup adem apalagi siang di jogja waktu itu sangat terik sekali).
Masih di perhentian keempat
“Sebelum balik dari jalan-jalan jajan kopi di jogja sambil ngobrol santai dengan pemiliknya bapak Nur Fatoni yang mempunyai usaha juga di bidang minyak zaitun, juga akan membuka cabang nya di jl. Pantura no. 99 wuni subah Batang dengan nama Joker music cafe and wine bar. Semoga sukses!”
Satu kopi dari daerah Temanggung gue pesan dengan metode manual brew french press, ga lama setelah pesan bapak Nur Fatoni yang merupakan temannya mas Fatur ternyata bersedia luangkan waktunya untuk ngobrol-ngobrol santai. Banyak hal yang gue tanya-tanya mengenai usahanya membuka warung kopi, dijawab dengan santai ala obrolan warung kopi. Ternyata usahanya bapak Nur Fatoni ini akan membuka cabang baru di jl. Pantura no. 99 wuni subah Batang dengan nama Joker music cafe and wine bar, dan juga sedang menjalani usaha di bidang minyak zaitun. Gue pribadi salut atas usahanya bapak Nur Fatoni yang mampu melebarkan sayapnya sebagai wiraswasta yang tangguh namun tetap rendah hati, yang masih mau menyempatkan waktunya untuk berbagi cerita dan pengalamannya di jalan-jalan jajan kopi gue kali ini. Semoga sukses pak!!!
Karena waktu sudah menunjukan pukul 14:00wib gue dengan berat hati menyudahi obrolan soalnya harus balik dengan kereta Progo jam 14:30 wib, setelah pamitan gue langsung berangkat ke stasiun Lempuyangan. Motor yang gue bawa cukup kenceng karena takut ketinggalan kereta, untung GPS sangat membantu sekali mengarahkan jalan sampai stasiun dengan waktu yang singkat. Dan setibanya di stasiun Lempuyangan gue langsung menemui orang jasa rental sepeda motor untuk mengembalikan sesuai waktu yang dijanjikan, dengan terburu-buru gue lari ke warung buat beli air mineral dan langsung bergegas masuk ke peron karena progo sebentar lagi akan berangkat.
Berakhir
“Untung kagak ketinggalan kereta, huuuft... *ngosngosan* Terima kasih banyak buat jogjakarta, tukang kopi keliling, angkringan, warung kopi, coffee shop atas pengalaman budaya ngopi di jogja. Terima kasih juga buat kerabat juga kawan-kawan yang sudah kenal lama dan yang baru dikenal bahkan juga untuk orang-orang disepanjang perjalanan yang belum sempat kenalan. Jogja tetap istimewa!!!”
***
Akhir kata ucapan terima kasih yang bisa gue katakan atas semuanya, ga bisa gue ucapkan satu per satu semua kebaikan yang udah diberikan kepada gue selama Jalan-Jalan Jajan Kopi di Jogjakarta.
Jogja memberikan gue banyak pengalaman tentang #BudayaNgopi yang sudah disajikan selama 2 hari 2 malam, dan jangan pernah berhenti untuk katakan sebuah ajakan #MariBelajar karena dengan begitu kita akan selalu menemukan hal yang baru dan terus tumbuh berkembang.
Mungkin gue akan kembali lagi dengan cerita yang baru di JOGJA YANG TETAP ISTIMEWA, atau mungkin di kota lainnya entah itu dimanapun. Sampai jumpa di Jalan-Jalan Jajan Kopi berikutnya, sayonara......!!!!!
***
Serrru..
ReplyDeleteGila juga ya ke Yogya cuma buar minum kopi, serius gila abiz.
Ga mabok Kopi Nya?
karna kegilaan itu punya cerita sendiri.
ReplyDeletetapi itu sebenernya biasa, ga mabok kog nina, cuma kembung, hahahahhahaaha