Pandangan pertama ke Prau, membuat jatuh hati dan pasti akan menarik untuk datang lagi

DSCF4801

Serpong, sabtu 15 agustus 2015.

Matahari yang sangat cerah tepat sinarnya menyilaukan mata, saat yang sama gue liat jam tangan udah pukul 15:10 wib sedang menunggu 2 kawan gue yang udah janji mau dateng dari jam 14:30 wib (duh...kebiasaan jam karet lagi ini ceritanya). Mereka juga akan titip motornya ditempat gue kerja karena PO Sinar jaya ga jauh dari tempat kerja gue, daripada titip motor yang berbayar lumayan juga kalo dihitung (maklum lagi ngirit sengirit-ngiritnya). Akhirnya yang ditunggu-tunggu dateng juga, karena gue kesel udah disuruh nunggu biar kali ini gantian mereka yang nungguin gue mandi dulu (heuheuheuheuheu...*ketawa jahat). Selesai gue mandi sambil ngobrol dan ngopi-ngopi santai kita nunggu waktu, sekitar jam 16:00 wib kita jalan kaki menuju PO Sinar Jaya karena katanya bus berangkat jam 16:30 wib. Oiya waktu turun dari Lawu gue emang pernah bilang akan istirahat dulu dari pendakian karena alasan fokus pada kuliah (banyak sih yang ga percaya dan manas-manasin pasang photo profil di gunung), tapi kali ini racun 2 orang kawan gue ga bisa dibantah karena tujuan mereka dan kapan akan berangkat sangat tepat (apalagi ini ga perlu ambil cuti). Ditambah skripsi gue ternyata pending (nasiiiib.....kepending lagi deh jadi sarjana nya..*tepok jidat), jadi gue masih punya waktu buat jalan-jalan santai lagi (sambil joget-joget gurita karena kesenengan). Ditambah lagi masalah hidup yang cukup berat butuh hiburan dan refresh otak yang penat, jadi kali ini gue akan jalan lagi dengan tujuan gunung Prau di Wonosobo-Dieng (diiringi tepuk tangan meriah dan kembang api ala tahun baru....HAPPY NEW YEAAAAAR selamat menempuh jalan baru..*eeeeh). #Dramaaaa

Lanjut lagi ke kisah gue yang berjalan sama kedua kawan jalan kali ini, yang pertama Daniel Wonoboyo sebut saja Boyo dan yang kedua Johann Heinrich panggil saja dia Jeko. Kita juga pernah jalan bareng dulu di Munara tapi kalo Boyo sudah jalan yang ketiga kalinya sama gue, pertama di Papandayan kedua di Lawu jadi tenang karena sebelumnya gue udah pernah jalan sama mereka berdua. Ternyata ga terasa kita sudah di PHP-in sama bus Sinar Jaya yang katanya mau dateng jam 16:30wib, bus nya datang jam 18:30 wib dan baru berangkat ke Wonosobo jam 19:00 wib (asyuuuuuuu sakiiiitnya tuh disini...*nunjuk pantat karena pegel duduk nunggu sesuatu yang ga pasti).

***

DSCF4748Wonosobo, minggu 16 agustus 2015.

Kayanya gue ga perlu menuliskan panjang lebar selama di bus dalam perjalanan kali ini, cuma ada satu kata yang dapat menggambarkan keadaan gue yaitu PEGAL...itu aja cukup. Perjalanan cukup lancar lewat toll Cipali yang baru jadi, cuma sopir bus nya kali ini yang bawanya santai kaya dipantai selow kaya dipulau. Jadinya sampai di Wonosobo pagi menjelang siang sekitar jam 09.00 wib, Gue ketemu beberapa orang dalam 2 kelompok yang juga ingin ke gunung Prau (lumayan ada barengan biar ongkos bisa patungan).

***

Salah satu kelompok sudah ada yang mempunyai contact sopir minibus dari Wonosobo ke Dieng, jadinya kita setelah turun dari Sinar Jaya ga repot mencari-cari mobil menuju ke Dieng. Sopir nya cukup baik namanya bapak Udin dan juga tidak mahal dalam memberi harga, jadi bisa lah dipakai lagi jasanya jika ingin ke Dieng (kalo mau tau contact gue aja nanti gue kirimin nomor handphone nya pak Udin).

Perjalanan ke Dieng ± 1 jam dari  Wonosobo, kita minta anterin untuk cari makan dulu sebelum naik ke dataran tinggi Dieng (karena kelaparan selama di bus). Setelah membeli bekal makanan dan kebutuhan kita langsung menuju ke basecamp pos pendakian gunung Prau melalui desa Patak Banteng.

DSCF4749-tile

DSCF4751Setelah tiba di desa Patak Banteng-Dieng sekitar jam 13:30 wib kita semua packing ulang, bersiap untuk memulai perjalanan diteriknya siang hari gunung Prau.  Kondisi cuaca siang itu cukup terik dan angin sepoi-sepoi menghembuskan debu pasir yang lumayan bikin gregeet (mulut berasa makan pasir dan saringan hidung ga kuat menahan debu), seandainya ga pakai masker dan kacamata menderita sekali pastinya (disarankan menggunakan masker, buff, sapu tangan/slayer, atau kain apa aja yang dapat menutupi muka). Perjalanan dari pos lapor pendakian sampai pos 1 cukup lumayan berdebu melewati ladang warga dengan jalanan tanah keras berpasir, jalur cukup menanjak dan agak sempit jadi harus nunggu jika berpapasan dengan orang yang berlawanan arah. Hingga pos 2 jalur sedikit terbuka tanjakan semakin curam, ditambah pasir yang berterbangan terhembus oleh angin yang cukup kencang. Perjalanan hingga ke puncak lumayan ± 3 jam jalan santai dan keceeee sambil liat pemandangan yang mantap dari dataran tinggi Dieng, sampai di puncak gunung Prau kita buka bekal dan makan.

DSCF4755-tile DSCF4765-tile DSCF4763-tile DSCF4771-tileKarena kita kali ini ga bawa tenda, dan niat awal gue emang ga camp dipuncak. Jadi dengan berat hati gue harus turun lagi ke bawah melalui jalur Dieng,  mungkin lewat jalur Dieng debunya tidak sebanyak jalur Patak Banteng. Kali ini ga bisa menikmati suasana sunset gunung Prau karena awannya cukup tebal menutupi matahari, mungkin lain waktu gue akan kembali kesini menikmati suasana gunung Prau yang lebih sepi (ga seperti pasar kaya yang nampak pada gambar gue ambil tuh).

DSCF4777-tileKita bertiga turun jam 18:05 wib dengan langit sudah gelap dan diselimuti kabut tebal, cukup membuat bingung karena jarak pandang sangat pendek jadi harus lebih hati-hati. Sebenernya gue paling males jika harus jalan pada saat hari sudah gelap, selain jalur tidak keliatan jelas (mata gue ga secanggih dulu soalnya) dan kalo malem tuh enaknya udah bobo ganteng bukan jalan kaki yang jauh dan menanjak. Tapi apalah daya tenda tak dibawa, karena niat awalnya emang gue mau naik turun gunung Prau lantas meluncur ke perkebunan kopi di kaki gunung Sumbing desa Bowongso (walaupun ternyata akhirnya ga jadi karena waktunya mepeeeeet....sueeeeee). Karena jalan-jalan santai dan keceeee gue sekarang ini lebih terfokus pada KOPI, gue mau kenal kopi lebih intim dan dalam dengan bisa kenal bukan hanya sekedar minum saat sudah tersaji (ribeeet banget dah...ah, tapi nikmatnya tiada tara..coba aja kalo ga percaya).

***

Dan sampai pos lapor pendakian jalur Dieng sekitar jam 20:30 wib kita langsung bersih-bersih dan mencari makan, sambil ngobrol-ngobrol santai dengan para pendaki lain yang istirahat di rest area yang tersedia di belakang pos lapor pendakian.

menu makan malam kali ini adalah mie ongklok dan segelas purwaceng khas Wonosobo.

DSCF4799***

DSCF4801Dieng, senin 17 agustus 2015.



Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia, Merdekaaaaa Bung..!!!!


Pagi harinya tepat ditanggal 17 agustus 2015 kita mungkin ga ikutan upacara dipuncak gunung, tapi semangat kemerdekaan dan kecintaan terhadap negri yang tercinta ini biar masing-masing dengan melakukan perannya guna Nusa dan Bangsa kita yang tercinta ini (Tsaaaaaah....!!! *sikap Hormat). Kita langsung turun setelah sarapan pagi untuk menuju ke terminal Mendolo-Wonosobo mencari tiket pulang, karena kita belum mendapatkan tiket pulang ke Tangerang (masalahnya selasa harus kerja lagi nih). Ternyata beruntung banget kita masih dapat tiket bus sampai Tangerang dengan class eksekutif harga normal, soalnya temen-temen pendaki yang kebetulan bareng dapat harga tiket yang sudah beda harganya dengan alasan tiket habis (entahlah ini permainan calo atau bukan, tapi gue lega bisa balik ke Tangerang...itu aja).



sayonaraaaaaaa...sampai jumpa Prau, gue pasti akan kembali dan menyambangi setiap tempat yang keceee di dataran tinggi Dieng!!!

Post a Comment for "Pandangan pertama ke Prau, membuat jatuh hati dan pasti akan menarik untuk datang lagi"